Headline
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
. AS kembali memundurkan waktu pemberlakuan tarif resiprokal menjadi 1 Agustus.
Penurunan permukaan tanah di Jakarta terus menjadi ancaman serius.
MANTAN Menteri Keuangan Chatib Basri membeberkan tiga hal yang memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.
"Pertama, bagaimana keputusan The Fed (Bank Sentral AS) menaikan atau pertahankan suku bunga. Kedua, bagaimana harga minyak. Dan ketiga, bagaimana dampak perang dagang," kata Chatib di Bursa Efek Indonesia, Jakarta Selatan, Kamis (14/3).
Baca juga: Chatib Basri Sebut Indonesia Wajar Alami CAD
Berkaitan dengan itu, Chatib optimistis rupiah akan menguat pada 2019 ini. Pasalnya, dirinya memproyeksikan The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) hanya akan menaikan suku bunga paling banyak 1 kali 25 basis point.
Dirinya menceritakan, Fed telah menaikan suku bunga sebanyak 4 kali 25 basis point di sepanjang 2018. Kebijakan tersebut dibuat karena tingkat pengangguran menurun yang berimbas pada kenaikan inflasi.
Keputusan The Fed itu pun berdampak baik bagi AS yang kini inflasinya melambat. Hal itu kemudian membuat Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell pada akhir 2018 menyatakan pihaknya akan bersabar untuk mengeluarkan kebijakan normalisasi moneter. Hal tersebut akan membawa dampak baik bagi nilai tukar rupiah.
"Dalam waktu satu bulan, rupiah bisa menguat dari Rp15.250 ke sekitar Rp14 ribuan atau bahkan sempat ke Rp13.900. Artinya apa? Penguatan rupiah akan terjadi pada tahun ini karena kemungkinan Fed hanya akan menaikan satu kali atau bahkan tidak sama sekali” kata Chatib. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved