Headline
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.
PERKEMBANGAN industri bahan bangunan, keramik, dan konstruksi di Indonesia masih terbuka lebar. Optimisme ini semakin didukung dengan berlakunya aturan safeguard, yang membatasi impor keramik, dan terus berlanjutnya program 1 juta rumah oleh pemerintah sehingga peluang untuk konsumsi keramik buatan dalam negeri seperti untuk properti bisa dioptimalkan.
Kebijakan safeguard menjadi angin segar bagi industri keramik lokal, seiring terbitnya Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 119/PMK 010/2018 pada 19 September 2018 yang menetapkan bea masuk bagi keramik impor yang berlaku efektif sejak 12 Oktober 2018.
Kini pelaku usaha pabrik keramik ubin dalam negeri memantau tren impor pada kuartal I/2019 atau seusai penerapan safeguard pada kuartal akhir tahun lalu, terutama produk asal India.
Ketua Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan, penerapan bea masuk tindakan pengamanan atau safeguard terhadap impor keramik mulai berlaku pada Oktober 2018. Oleh karena itu, impor sepanjang tahun lalu masih mengalami pertumbuhan sebesar 18,6% menjadi 80,32 juta meter persegi.
Tiongkok, yang mendominasi impor keramik ubin selama ini, menjadi salah satu negara yang dikenakan safeguard. Kendati demikian, bukan berarti ancaman produk impor berhenti sebab India, yang merupakan produsen keramik terbesar kedua di dunia, tidak masuk ke daftar safeguard.
Baca Juga: Penyesuaian Tarif Pajak Ciptakan Kemandirian Industri Manufaktur
"Dari laporan menyebutkan angka impor keramik dari Tiongkok memang turun cukup tajam. Namun, ternyata pengimpor mengambil peluang dari India, kami akan monitor selama kuartal I bagaimana trennya," ujar Edy saat konferensi pers Indonesia Building & Construction Week di Jakarta, Rabu (6/3).
Selain memonitor tren impor keramik ubin dari India, Edy juga menyebutkan pihaknya bakal menginspeksi produk asal negara tersebut apakah memenuhi standar yang berlaku di dalam negeri sebab dari segi harga, produk impor cenderung lebih murah. Namun, dari segi kualitas tidak bisa dijamin kesesuaian dengan standar.
Berdasarkan data Asaki, sejak 2015 hingga tahun lalu impor keramik ubin selalu mengalami pertumbuhan setiap tahun. Pertumbuhan paling tinggi terjadi pada 2016, yang tercatat sebesar 24,9% dengan volume mencapai 57,37 juta meter persegi. Pada 2017, tumbuh sebesar 18% menjadi 67,70 juta meter persegi dan pada tahun lalu impor naik 18,6% menjadi 80,32 juta meter persegi.
Dengan berlakunya safeguard, lanjut Edy, beberapa pemain sudah ada yang berani meningkatkan kapasitas produksi mereka. Total target produksi terpasang pada 2018 sebesar 580 juta meter persegi per tahun. Namun, realisasinya hanya 380 juta meter persegi atau utilisasi hanya mencapai 65%.
Pada 2018, kinerja keramik tercatat tumbuh 5%. Dengan didorong penggunaan keramik dalam negeri, pada 2019 asosiasi menargetkan produksi keramik bisa tumbuh 7-8% menjadi sekitar 410-420 meter persegi.
"Safeguard membuat impor keramik berkurang. Kami industri siap memenuhi kebutuhan keramik tanpa impor dan industri juga siap melakukan ekspansi baru sebab sebetulnya peluang keramik Indonesia ke depan besar," jelas Edy. (Try/S-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved