Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
KERJA sama antara Indonesia dan Australia yang dituangkan dalam Indonesia-Australia Comprehensive Economic Agreement (IA-CEPA) diproyeksikan akan menumbuhkan produktivitas dan daya saing untuk produk turunan dari sektor peternakan sapi.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Industri Pangan Strategis Juan Permata Adoe mengungkapkan, dengan masuknya sapi bakalan dengan bea 0%, pelaku usaha akan mendapat keringanan daya beli. Hal itu akan berimbas pada menurunnya harga produksi penggemukan sapi.
Menurutnya, biaya penggemukan yang lebih murah membuat pelaku usaha bisa melakukan efisiensi. Pada akhirnya, harga jual dari sapi-sapi itu, mulai dari daging hingga tulang, menjadi lebih murah.
Itu tentu akan memberi keuntungan bagi industri olahan makanan-minuman karena mereka bisa mendapatkan sumber bahan baku dengan biaya yang lebih rendah.
Baca juga: DPR Optimistis Ratifikasi IA-CEPA Selesai Cepat
Dengan demikian, produk-produk yang dihasilkan bisa lebih murah sehingga diharapkan mampu bersaing dengan komoditas internasional.
"Kita impor live stock, sementara kita jual lagi dalam bentuk jadi, produk olahan yang sudah memiliki banyak nilai tambah. Karena biaya produksi yang murah, harga jual juga murah. Produk itu bisa bersaing di luar negeri, kita bisa ekspor ke banyak negara. Itu keuntungan yang bisa kita ambil," jelas Juan kepada Media Indonesia, Rabu (6/3).
Jadi, menurutnya, kebijakan bea masuk 0% untuk impor sapi akan memberi lebih banyak dampak positif bagi industri peternakan nasional.
"Kita harus melihat dari sisi daya saing. Kita diuntungkan karena bisa mendatangkan sumber sapi bakalan lebih murah," tandasnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved