Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
PERGERAKAN rupiah sepanjang pekan lalu mampu membukukan kenaikan yang lebih baik dari sebelumnya.
Adanya rilis inflasi yang dianggap cukup stabil membuat laju rupiah mampu mengalami kenaikan di samping sejumlah sentimen lainnya.
Meski BPS merilis inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi terbesar terjadi pada bahan makanan sebesar 1,45% dan transportasi, komunikasi serta jasa keuangan sebesar 1,28% namun, secara total inflasi Desember cukup rendah.
Bahkan secara tahunan di bawah perkiraan Bank Indonesia (BI) di level plus minus 4%.
Di pekan kemarin, laju rupiah sempat menguat ke level 14.345 atau di atas sebelumnya di level 14.563. Sementara level tertinggi yang dicapai di angka 14.265 atau di bawah sebelumnya di angka 14.260 dan level terendah yang diraih di level 14.345 dibandingkan sebelumnya di level 14.555.
Baca juga: Sentimen Positif Investor Asing Dorong Penguatan Rupiah di Awal Tahun
Adapun rupiah pagi ini, Senin (7/1), dibuka pada level 14.177,8 atau menguat 0,6% dari penutupan pekan lalu di 14.270, merujuk pada Bloomberg .
Pada pukul 10.00 WIB, terpantau rupiah berada pada 14.090 atau menguat 1,26%. Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) memasang level rupiah pada 14.105 per dolar AS.
"Rupiah cukup beruntung dengan masih adanya sejumlah sentimen positif yang dapat mengimbangi sentimen dari global. Pergerakan rupiah sempat melemah di pekan kemarin seiring masih adanya kekhawatiran akan terjadinya government shutdown di AS sehingga meningkatkan permintaan akan aset-aset save haven, yaitu dolar AS," ujar Reza Priyambada, Senior Advisor CSA Research Institute , Senin (7/1).
Kondisi berbalik saat dolar AS kembali melemah setelah merespon pernyataan Gubernur The Fed, Powell, yang menyampaikan bahwa The Fed akan bersabar dalam menyikapi dan mencermati kondisi ekonomi internal dan global.
Tidak hanya itu, di akhir pekan, bahkan menyatakan bahwa The Fed tidak berada pada jalur kenaikan suku bunga dan memungkinkan untuk menghentikan kebijakan pengetatan seperti yang pernah terjadi pada 2016.
"Pergerakan rupiah cenderung mendekati lower bollinger band yang menandakan masih adanya kesempatan untuk kembali bergerak positif. Apalagi jika kondisi global cukup mendukung dengan pelemahan dolar AS seiring merespon pernyataan The Fed tersebut," kata Reza.
Di sisi lain, kondisi dari dalam negeri juga cukup kondusif terutama setelah BI kembali menegaskan akan tetap mengarahkan kebijakan moneter untuk lebih prostabilitas demi menjaga stabilitas inflasi dan nilai tukar rupiah.
Empat instrumen lain yakni makroprudensial, pedalaman pasar keuangan, sistem pembayaran dan ekonomi serta keuangan syariah akan disetir untuk lebih pro pertumbuhan yang akomodatif.
"Diharapkan pergerakan rupiah masih dapat bertahan untuk tidak melemah dan masih adanya sejumlah sentimen yang masih mendukung penguatan," tukas Reza. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved