Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk berencana melakukan serangkaian aksi korporasi pada tahun ini, di antaranya dengan melakukan akuisisi perusahaan asuransi dan menerbitkan obligasi.
Direktur Utama Bank BRI Suprajarto mengatakan pihaknya ingin mengakuisisi perusahaan asuransi agar memiliki lini usaha yang lengkap di industri jasa keuangan.
“Sesungguhnya BRI belum punya asuransi kerugian. Saat ini ada BRINS general insurance, tapi masih bukan di bawah BRI. Jadi kami ingin punya asuransi kerugian supaya kami lengkap sebagai industri jasa keuangan,” ujar Suprajarto saat paparan kinerja kuartal III 2018 di Jakarta, Kamis (3/1).
Nilai yang dialokasikan untuk akuisisi perusahaan asuransi kerugian Rp1,5 triliun.
Ia belum bisa memastikan apakah asuransi kerugiaan yang akan diakuisisi ialah asuransi BUMN atau swasta.
“Kami masih cari. Kemudian untuk obligasi kami sudah rencanakan untuk tahun ini kurang lebih Rp20 triliun,” tandas Suprajarto.
Untuk akuisisi bank, perseroan masih melihat-lihat bank yang layak sebab imbauan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ialah untuk mengakuisisi bank BUKU 1 dan 2.
Namun, bank BUKU 1 dan 2 saat ini relatif mahal sehingga BRI tidak memasukkan rencana pembelian bank dalam rencana bisnisnya.
Sebelumnya pada Desember 2018, Bank BRI telah melakukan penyertaan dua tambahan bisnis baru, yaitu BRI Ventura Investama dan Danareksa Invesment Management.
Sesuai target
Meskipun dihadapkan pada perlambatan ekonomi global, BRI masih mampu mencatatkan kinerja sesuai target yang ditetapkan di awal tahun.
Per 30 September 2018 atau kuartal III 2018, perseroan mencatatkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 16,5% yoy menjadi Rp808,9 triliun. Bank tetap menyalurkan kredit pada segmen mikro, kecil, dan menengah.
“Hal ini karena BRI tetap fokus pada kredit mikro dan ritel sebagai penopang utama profitabilitas,” ujar Direktur Konsumer BRI Handayani, Total aset perseroan pada 30 September 2018 tercatat meningkat 13,9% yoy menjadi Rp1.183,4 triliun.
Tercatat porsi kredit mikro kecil menengah 76,9% dari total kredit. Fokus kredit pada sektor UMKM pun terjaga. Rasio kredit bermasalah (NPL) BRI gross pada kuartal III 2018 tetap dijaga pada 2,54% atau lebih rendah daripada NPL gross industri perbankan yang di level 2,66%.
Dana pihak ketiga (DPK) juga naik 13,3% jika dibandingkan dengan di September 2017 menjadi Rp872,7 triliun.
Sampai kuartal III 2018, Bank BRI secara konsolidasi mencatat perolehan laba bersih sebesar Rp23,55 triliun atau meningkat 14,6% bila dibandingkan dengan di kuartal III 2017.
“Perolehan laba tersebut karena tetap terjaganya aset produktif yang berkualitas serta efisiensi biaya,” tandas Handayani.
Kemarin, BRI melakukan rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB). Hasilnya, posisi wakil direktur utama dihidupkan kembali dan diisi lagi oleh Sunarso yang sebelumnya menempati posisi tersebut hingga Oktober 2017. Belum diketahui alasan pengaktifan kembali posisi wakil direktur utama itu.
“Untuk alasannya, lebih tepat bila ditanyakan ke Kementerian BUMN. Di sana yang menunjuk. Kami juga baru tahu tadi,” ujar Suprajarto. (E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved