Headline
Pemerintah belum memastikan reshuffle Noel.
Penaikan suku bunga perbankan tahun ini diprediksi tidak akan seagresif tahun lalu sebab dengan meredanya tensi tekanan eksternal, Bank Indonesia (BI) pun tidak akan segencar tahun lalu daam menaikkan suku bunga acuannya (7-day reverse repo rate).
Menurut Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo, memang masih ada ruang bagi BI untuk mengerek suku bunga acuan tahun ini. Namun, kenaikan tersebut tidak akan segencar tahun lalu karena The Fed (bank sentral Amerika Serikat) sudah memperlihatkan sinyal untuk memperlambat kenaikan suku bunganya.
Menurut pria yang akrab disapa Tiko ini, ruang kenaikan suku bunga acuan tersebut hanya satu atau dua kali lagi sehingga dampaknya ke suku bunga tidak tidak akan terlalu signifikan. “Efek ke bank tidak akan signifikan karena kita lihat likuiditas selama satu bulan terakhir sudah membaik,” ujarnya di Jakarta, Rabu (2/1).
Selain perlambatan kenaikan suku bunga The Fed, kata Tiko, perang dagang antara AS dan Tiongkok juga sudah mulai mereda karena mereka sudah mulai menemukan kesepakatan.
“Itu akan membuat pertumbuhan ekonomi dunia lebih baik dari ekspektasi awal,” ujarnya.
Pendapat senada dikatakan President Director and CEO Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja dan Direktur Keuangan Maybank Thilagavathy Nadason. Mereka memerkirakan suku bunga acuan BI mungkin masih satu atau dua kali mengalami kenaikan pada tahun ini, tetapi tidak akan signifikan.
“Mungkin sekitar sekitar 25 basis poin (bps) sampai 50 bps tahun. Itu membuat suku bunga bank tidak akan naik signifikan,” kata Thilagavathy.
Menurut dia, pada tahun lalu Maybank belum banyak merespons kenaikan suku bunga acuan BI terhadap suku bunga kredit bank mereka.
“Oleh karena itu, tahun ini bunga kredit Maybak sepertinya masih akan naik sebagai penyesuaian dari kenaikan suku bunga acuan tahun lalu,” tukasnya. (Try/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved