Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

11 Investasi PMA Sudah Kelar Terbangun

Jessica Restiana Sihite
01/10/2015 00:00
 11 Investasi PMA Sudah Kelar Terbangun
(. FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan sudah ada 11 investasi penanaman modal asing (PMA) yang sudah selesai terbangun. Dua belas investasi tersebut merupakan bagian dari 100 investasi PMA yang dipantau oleh BKMP untuk segera kelar hingga 2020.

"Yang sekarang sudah selesai sudah 11 perusahaan. Kalau pabrik sudah mulai memproduksi. Sudah ada penyerapan tenaga kerja, sudah ada ekspor, ke daerah sudah bayar pajak. Kalau sudah beroperasi, efeknya sudah mulai terasa," tutur Deputi Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal BKPM Azhar Lubis saat diskusi mengenai Geliat 100 Investasi di Jakarta, Kamis (1/10).

Sektor investasi PMA yang sudah terbangun tersebut berasal dari usaha smelter nikel di Sulawesi Tengah dengan nilai investasi US$635 juta, industri komponen otomotif di Jawa Tengah senilai US$70,52 juta, industri pengolahan susu di Jawa Barat senilai US$29,6 juta, industri semen di Jawa Barat senilai US$329,652 juta dan di Banten US$854,732 juta.

Selain itu, yang sudah terbangun lainnya ialah industri ban di Jawa Barat senilai US$126,5 juta, industri kertas tissu di Jawa Timur senilai US$35,185 juta, industri farmasi di Jawa Timur senilai US$13,3jt, perkebunan tebu dan pabrik gula di Jawa Timur senilai US$552 juta, jasa akomodasi hotel di Bali sebesar US$14,4 juta, dan pembangkit listrik di Bali US$385,36 juta. Totalnya investasi keseluruhan mencapai US$3,04 miliar.

Di Sulawesi Tengah pun sudah terbangun pembangkit listrik. Namun, pembangkit itu digunakan perusahaan sendiri untuk smelter nikel.

"Salah satunya untuk smelter nikel di Morowali. Di sana, listrik dari PLN belum sampai. Jadi tidak ada pilihan lain selain membangun pembangkit listrik sendiri," ucapnya.

Investasi PMA yang sudah terbangun tersebut, lanjut Azhar, sudah bisa menghasilkan devisa dari ekspor sebesar US$513 juta. Sementara potensi ekspor bila 100 investasi PMA sudah terbangun bisa mencapai US$3,29 miliar per tahun.

Pun, Azhar menjelaskan tenaga kerja yang sudah terserap dari 12 investasi PMA tersebut mencapai 9.280 tenaga kerja dari potensinya yang mencapai 43 ribu tenaga kerja.

Dalam kesempatan yang sama, anggota Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Saiful Bahri menandaskan seharusnya pemerintah memberi kemudahan bagi industri padat karya seperti garmen untuk meningkatkan investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN). Ia mengklaim saat ini industri garmen belum memeroleh keringanan pajak seperti tax allowance.

"Padahal kita punya harapan besar karena pemerintah sudah membantu dengan melarang impor pakaian bekas dan impor batik. Untuk pangsa pasar tekstil di dalam negeri, kita hanya suplai 40% kebutuhan, selebihnya dikuasai impor," cetus Saiful.

Ia pun menilai foreign direct investment (FDI) sangat membantu industri dan investasi dalam negeri. Karena itu, pihaknya meminta kepada pemerintah untuk segera merealisasikan FDI ke Eropa.

"Dengan Jepang, sebelum FDI ekspor tekstil ke sana hanya 1%, setelah FDI jadi naik. Kalau ke Eropa bisa terlaksana, ekspor kita akan naik dua kali lipat. 2025 bisa sekitar US$26 miliar," pungkasnya. (Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya