BPS: Pengendalian Harga Sebabkan Deflasi September
Nuriman Jayabuana
01/10/2015 00:00
(ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Badan Pusat Statistik mengumumkan adanya deflasi sebesar 0,05 persen pada September 2015. Kendati demikian, sepanjang tahun kalender masih terjadi inflasi yakni sebesar 2,24 persen dan inflasi secara year-on-year 6,83 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik Suryamin menyatakan deflasi September merupakan dampak dari control pemerintah mengendalikan harga. Dia menguraikan bahwa pemerintah berhasil mengendalikan inflasi cukup dengan mengotimalkan Tim Pengendali Inflasi Daeerah.
“Kontrol pemerintah dalam pengendalian inflasinya cukup bagus dengan adanya TPID di daerah daerah. Memang ini perlu, karena inflasi atau jika ada perubahan harga dapat meningkatkan daya beli,†ujar dia saat konferensi pers di Badan Pusat Statistik, Jakarta, Kamis (1/10).
Selain itu, BPS juga menyatakan komponen inti September 2015 masih mengalami inflasi sebesar 0,44 persen. Tingkat inflasi komponen inti tahun kalender Januari-September 2015 sebesar 3,32 persen. Sedangkan tingkat inflasi komponen inti dari tahun ke tahun September 2014 terhadap September 2015 sebesar 5,07 persen.
Dari keseluruhan 82 kota yang dipantau BPS, 36 di antaranya mengalami deflasi. Sedangkan sisanya sebanyak 46 kota mengalami inflasi. “Deflasi tertinggi di kota Sibolga dengan deflasi sebesar 1,86 persen. Lalu inflasi tertinggi berada di Merauke sebesar 1,33 persen,†ujar dia.
Suryamin menjelaskan, sejumlah faktor turut berkontribusi dalam deflasi September. Namun, dua faktor yang paling menentukan deflasi tersebut berasal dari kestabilan harga bahan makanan dan harga bahan bakar. “Pasokan daging ayam pada sentra produksi banyak dan terjadi pennurunan harga di 62 kota IHK (indeks harga konsumen),†ujar dia.
Selain itu, penurunan harga beberapa komoditas pangan seperti cabai merah, bawang merah, cabai rawit, dan minyak goreng juga turut berkontribusi menjadi peyebab deflasi. Dia menguraikan bahwa komoditas daging ayam ras menurun hingga 9,31 persen.
“Sehingga turut memiliki andil sebesar 0,13 persen terhadap deflasi.â€Selain itu, Suryamin juga menyoroti kestabilan pergerakan harga bahan bakar memiliki andil 0,02 persen terhadap deflasi September.
Suryamin optimistis tren pergerakan laju inflasi bisa berada pada level yang ditergetkan pemerintah pada akhir tahun. “Kalau boleh saya kasih interval, kita optimis inflasi ada di posisi 4 plus minus 1 persen,†kata dia
Suryamin mengungkapkan pemerintah dalam mengawal target tersebut harus memaksimalkan pemantauan terhadap komoditas pangan. “Pemeringtah harus tetap melakukan pengontrolan harga pangan, dan yang juga tak kalah penting itu tak menaikan haraga BBM. Dua itu saja, kita bisa optimis,†ujar dia.
Dia beralasan sisa beberapa bulan pada tahun ini sudah tak ada lagi faktor-faktor penyebab lonjakan harga, seperti hari raya lebaran. “Perkembangan inflasi dari bulan ke bulan menunjukan Inflasi umum dan inflasi inti sudah terkendali dan stabil. Tahun baru dan Natal tak akan berdampak seperti lebaran, inflasi masih bisa dikontrol,†ujar dia. (Q-1)