Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Efek Kebijakan Lanjutan BI Bergantung Sentimen Investor

Irene Harty
01/10/2015 00:00
Efek Kebijakan Lanjutan BI Bergantung Sentimen Investor
(MI/Panca Syurkani)
Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan lanjutan dari stabilisasi nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (30/9). Bank Indonesia berfokus pada beberapa hal seperti insentif pengurangan pajak bunga deposito untuk devisa hasil ekspor yang dimasukkan ke perbankan nasional, kelonggaran forward sell hingga US$5 juta dari semula US$1 juta, serta penurunan periode holding SBI dari tenor sebulan menjadi seminggu.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat efektivitas kebijakan lanjutan tersebut akan bergantung pada sentimen investor.

"Kita lihat ya, kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dan Bank Indonesia cukup banyak tapi sentimen globalnya kan terus mendominasi," ungkapnya saat dihubungi Media Indonesia.

Dia melihat sentral yang masih mendominasi kepercayaan investor global hingga saat ini adalah suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat. Selain itu harga komoditas yang masih bergejolak dan kondisi ekonomi Tiongkok yang berubah juga menjadi pembentuk sentimen global.

Indonesia sendiri mesti terus memacu ekonomi dengan tidak bertumpu pada ekspor komoditas. Ekspor tekstil, alas kaki, dan sebagainya perlu digalakkan kembali.

"Nah ini diharapkan bisa ya kembali lagi insentif DHE bisa dikombinasikan dengan paket kebijakan kemarin seharusnya beri sentimen positif untuk rupiah ya," sahut Josua. Dia melihat insentif DHE masih kurang dan perlu terus diberikan agar eksportir menjual dolar AS nya ke perbankan nasional.

Akan tetapi secara garis besar kombinasi kebijakan lanjutan itu masih lebih baik dari paket pertama. Langkah Bank Indonesia meningkatkan suplai dari kelonggaran forward sell dari US$1 juta menjadi US$5 juta ditambah pengurangan pajak bunga deposito DHE itu akan menambah lagi likuiditas dolar yang selama ini bersumber hanya dari Bank Indonesia.

"Di sisi lain likuiditas rupiah yang saat ini cenderung idle juga diupayakan supaya ditarik makanya diserap oleh Bank Indonesia sehingga rate SBI naik untuk tenor 9-12 bulan," tambah Josua.
Penurunan periode holding SBI itu juga dipandang tepat sasaran.

Dengan tenor sebulan diturunkan menjadi seminggu, spekulan tidak dapat menyalahgunakan keadaan untuk mendorong pembelian dolar AS. Selama ini disinyalir likuiditas rupiah yang terlalu lama parkir di pasar disalahgunakan dan menimbulkan pembelian dolar tanpa underlying.

Josua mengatakan efektifitas bisa dalam waktu dekat. "Ya paling cepat dalam waktu satu bulan ini karena semua butuh penyesuaian. Kita lihat nanti responnya," tandasnya. (Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya