Laju pelemahan nilai tukar rupiah yang kan menderas sejak awal tahun ini dicurigai juga merupakan ulah spekulan.
Hal ini mengemuka dalam rapat kerja Komite IV Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
"Saya melihat depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar, saya mencurigai ada orang yang main-main sebetulnya," cetus Ketua Komite IV DPD RI Ajiep Padindang di Jakarta, Selasa (29/9).
Pandangan senada juga disampaikan langsung kepada Wakil Ketua Otoritas (OJK) Jasa Keuangan Rahmat Waluyanto dan jajarannya yang hadir sejatinya untuk membahas Rancangan Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (RUU JPSK).
Rahmat tidak menampik adanya kecurigaan serupa tercium olehnya.
"Ada indikasi, spekulatif, ,memilih surat utang negara, jatuh tempo 10 tahun, dia beli jatuh temponya pendek. Begitu jatuh tempo, uangnya ditaruh. Ini transaksinya ada loh, kita tidak bisa sampai sejauh itu. Itu yang saya duga," jelas Rahmat.
Mendengar pemaparan Rahmat, Ajiep langsung memberi penekanan terhadap upaya pemerintah. Menurutnya, jika memang sudah tercium pemerintah seharusnya mampu mengambil sikap yang efektif untuk menghentikan para spekulan.
Namun yang terjadi menurut Ajiep, saat ini pemerintah masih mengukur diri untuk menghadapi para spekulan yang bermain dibalik pelemahan rupiah. Karenanya terkesan mendiamkan.
"Siapa orangnya, bagaimana kiprahnya, pemerintah mungkin agak hati-hati. Tapi karena belum mampu, dia masih mendiamkan lah. Silent operation," tutur Ajiep.
Sejauh ini, Ajiep melihat bahwa pemerintah masih menggunakan analisa persepsi dibalik rendahnya nilai tukar rupiah.
Disisi lain, Rahmat memaparkan bahwa upaya pemerintah menahan devisa tetap di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk memitigasi arus pelemahan rupiah. Hal ini jugalah yang menjadi pertimbangan utama dibalik kebijakan pemerintah mengizinkan rekening calas bagi orang asing dan memberi sejumlah kemudahan bagi pemegang valas.
"Itu untuk mencegah transaksi spekulatif yang berdampak pelarian dana ke luar negeri. Membuat sebanyak mungkin valas di Indonesia dan memermudah sebagai upaya meningkatkan confident," jelas Rahmat. (Q-1)