Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
PEMANFAATAN gas bumi di Indonesia belum optimal. Selain belum dieksplorasi sepenuhnya, manajemen rantai pasoknya juga masih lemah. Apalagi terdapat beberapa korporasi pelat merah yang bermain di sektor yang sama. Hal tersebut membuat pengelolaan dan pelayanan dari entitas milik negara menjadi tidak maksimal.
Hal itulah, kata Direktur Utama PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) Gigih Prakoso, yang mendasari dibentuknya holding migas.
“Bukan sekadar sinergi BUMN, untuk sektor energi pemerintah bahkan telah menyusun langkah maju dengan membentuk holding migas,” ungkapnya dalam kegiatan Sharing Session di Kantor PGN Area Batam, seperti rilis yang diterima, kemarin. Kegiatan itu merupakan bentuk program pengenalan bagi direksi dan menjadi aktivitas pertama yang dilakukan Gigih di Batam sejak menjadi Direktur Utama PGN per September lalu.
Gigih mengatakan, dengan terbentuknya holding migas, dengan PT Pertamina (persero) bertindak sebagai induk perusahaan sektor migas, strategi memperkuat energi nasional perlahan diwujudkan.
Menurut dia, bersatunya PGN dan PT Pertamina Gas (Pertagas) juga akan meningkatkan utilisasi infrastruktur dan memperkuat rantai pasok. Dengan terintegrasinya infrastruktur PGN dan Pertagas, secara langsung sub-holding gas ini menguasai lebih dari 96% portofolio hilir gas. Hal itu pun akan menyukseskan ketercapaian target RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) hingga 2025.
“Dengan kekuatan tersebut, pelayanan gas bumi untuk semua segmen bisa dinikmati rakyat dari Aceh hingga Papua.”
Visi masa depannya ialah menjadikan PGN sebagai pemain bisnis gas yang berskala global, dengan terlebih dahulu memperkuat bisnis gas di dalam negeri,” tukas Gigih.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved