Martin: The Fed 'Akui' China dan Yuan tidak Dapat Dimarjinalkan

Teguh Nirwahyudi
20/9/2015 00:00
Martin: The Fed 'Akui' China dan Yuan tidak Dapat Dimarjinalkan
(AFP)
KEPUTUSAN The Fed tidak menaikkan suku bunga acuan dinilai menunjukkan pengakuan bahwa China dan nilai tukar Yuan sudah tidak dapat lagi dimarjinalkan, dan memberikan bobot yang besar kepada kondisi global yang masih dalam posisi rentan.

"Dominannya pertimbangan global ini merujuk kepada kondisi China. Selain dominannya pertimbangan situasi perekonomian global. Yang penting ditangkap dari keputusan The Fed ini adalah berusaha memarjinalkan Yuan sebagai mata uang dunia, nampaknya justru menunjukkan pengakuan bahwa China dan nilai tukarnya sudah tidak dapat lagi dipinggirkan," jelas Ekonom IGICo Advisory Martin Panggabean, dalam rilisnya, Minggu (20/9).

Menurut Martin, keputusan the Fed dapat dianggap sebagai bagian dari sinkronisasi kebijakan ekonomi moneter secara global. Hal ini jelas terlihat dari pernyataan pemimpin G-20 di awal September di Ankara, Turki, dan jelas terlihat dari imbauan pimpinan IMF Christin Lagarde yang diarahkan kepada Amerika Serikat.

"The Fed sudah lama tidak menaikkan suku bunganya. Lebih baik memastikan data yang diperlukan benar-benar jelas dan tegas, untuk menaikkan suku bunganya," tambahnya mengutip pernyataan Lagarde.

Dia menjelaskan beberapa hari ini volatilitas pasar masih tetap tinggi dan diperkirakan volatilitas pasar mata uang dan pasar finansial masih akan terus terjadi. Hal ini memang konsisten dengan pernyataan China bahwa masih ada gejolak pasca pecahnya bubble pasar China yang harus dibersihkan.

"Namun tidak naiknya The Fed justru memang memperpanjang siklus ketidakpastian dan akan menciptakan spekulasi-spekulasi baru. Dengan demikian volatilitas masih akan terus terjadi," katanya.

Langkah BI tepat

Martin menilai kebijakan yang dilakukan oleh Bank Indonesia untuk tidak mengubah BI Rate sudah tepat. Betapapun menggiurkannya insentif mendorong ekonomi melalui penurunan sukubunga, namun dampak negatif penurunan BI Rate terhadap pergerakan kurs harus pula diperhitungkan.

Di lain pihak, ditengah pelemahan rupiah hingga sempat menyentuh Rp14.500-an dan menurunnya cadangan devisa menjadi US$105,34 miliar, menaikkan BI Rate memang nampak menarik. "Namun dampak negatifnya terhadap sektor riil domestik juga tidak dapat diterima. Dengan demikian, keberanian BI untuk mempertahankan BI Rate adalah langkah yang tepat" tegasnya.

Untuk itu, tambah Martin, langkah lanjutan perlu dilakukan oleh pemerintah pasca diluncurkannya deregulasi dan debirokratisasi (Paket September 1) minggu lalu harus ditranslasikan kedalam bentuk yang nyata yaitu keluarnya peraturan-peraturan seperti yang disebutkan dalam matriks paket tersebut. "Walaupun nampaknya terburu-buru, namun berbagai peraturan tersebut perlu dikeluarkan dengan kualitas yang tinggi."

Dia memprediksikan pasca the Fed sudah melakukan moratorium kenaikan suku bunga, maka dalam beberapa bulan kedepan pemerintah Indonesia bisa bertindak dengan asumsi baahwa the Fed akan konstan dan China akan membersihkan volatilitasnya.

"Kondisi ini memberikan window of opportunity selama beberapa bulan kedepan sehingga pemerintah bisa berupaya menggerakkan perekonomian dengan kondisi eksternal yang relatif stabil?," jelasnya. (RO/Q-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Admin
Berita Lainnya