Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
MESKI terhempas fluktuasi dolar Amerika Serikat, Direktur Utama PT PLN (Persero) Sofyan Basir menegaskan kondisi keuangan perusahaan tersebut tetap kuat.
Kondisi tersebut membuat PLN belum rencana mengajukan penaikan tarif dasar listrik. Perusahaan terus mempertahankan tarif listrik tidak naik guna menjaga daya beli masyarakat dan daya industri.
"Cashflow kami enggak terganggu, likuiditas kuat. Belum ada rencana pemerintah soal kenaikan tarif karena secara operasional kami masih untung," ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (31/10).
PLN merugi Rp18 triliun pada kuartal III 2018 terutama akibat selisih kurs. Selisih kurs tersebut terjadi akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Selain peningkatan biaya operasional, selisih nilai kurs membuat bunga utang luar negeri ikut meningkat.
Ia mengatakan, jika selisih kurs tidak diperhitungkan, maka PLN akan mencatat laba sebesar Rp9,6 triliun atau naik 13,3% pada periode yang sama di 2017.
Menurut Sofyan, kerugian tersebut sifatnya tidak riil. "Bukan rugi riil, tapi rugi pembukuan. Kan beda rugi usaha dan rugi pembukuan. Yang pembukuan itu kerugian kurs. Karena utang kita US$10 juta sekarang ini jadi lebih besar, itu maksudnya. Kalau operasional kita untung," jelasnya. (X-12)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved