Headline
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.
Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.
DIREKTUR Asia Pasific IMF Changyong Rhee mengatakan Asia telah menunjukkan progres yang signifikan sepanjang dekade dan sekarang berada pada garis terdepan dari global ekonomi dalam hal pertumbuhan. Asia ambil bagian lebib dari 60% pada pertumbuhan dunia.
Sayangnya wilayah ini akan menghadapi risiko jangka pendek yang yang penting. Termasuk pengetatan kondisi finansial dan meningkatnya tensi perang dagang, seiring dengan semakin naiknya harga minyak dunia.
Ekonomi dunia memang masih kuat, menyediakan kesempatan bagi pembuat kebijakan untuk melakukan reformasi kebijakan yang diperlukan. Tetapi tidak memungkiri kenyataan kalau keadaan global menjadi lebih menantang.
Hal ini terlihat dari menguatnya mata uang dolar AS, kenaikan suku bunga acuan AS, dan harga minyak dunia yang sedang tinggi. Tak luput tantangan datang dari tensi perang dagang yang meningkat.
Semua ini mengakibatkan aktivitas ekonomi menjadi lebih lambat, tekanan finansial, dan berkurangkan keyakinan bisnis.
"Semua ini menekan ekonomi negara berkembang dan negara-negara Asia tanpa terkecuali," ujar Rhee di Asia Pacific Regional Economic Outlook, Jumat (12/10).
Asia akan mengalami pelambatan ekonomi. Asia diproyeksikan tumbuh 5,6% di 2018 dan 5,4% untuk 2019. Inflasi Asia diproyeksikan meningkat menjadi 2,8% pada 2018 dan 2,9% pada 2019. Inflasi disebabkan kenaikan harga barang komoditas, tetapi angkanya akan tetap di bawah target.
Beberapa negara seperti Tiongkok dipandang ke depan akan melambat ekoniminya karena masalah stabilitas finansial. Pertumbuhan Tiongkok tetap 6,6% di 2018, namun dikoreksi menjadi 6,2% di 2019. Pengenaan tarif pada ekspor barang ke AS menjadi penyebabnya.
India yang sebelumnya diekspektasi tumbuh 7,3% 2018 menjadi 7,2% dan dari 7,4% di 2019 juga turun menjadi 7%. Hal ini sebagai akibat dari mengetatnya moneter di beberapa negara, kenaikan harga minyak dunia dan sengitnya tensi perang dagang.
Pada negara ASEAN, pertumbuhan dipasang pada pelambatan lagi selama kondisi global kurang menguntungkan, tetapi ASEAN tetap masih stabil. Namun bila negara Asia tetap memacu pertumbuhan ekonomi di kala tekanan ketidakpastian, kekhawatiran di masa yang terjadi adalah crash.
"Untuk itu rekomendasi kami tidak apa bila Asia sedikit melambatkan ekonominya, namun tetap bertahan keberlangsunganya. Toh, kalian tetap akan telah maju tumbuh terdepan. Pada Indonesia, ekonomi akan tetap tumbuh 5,1% di 2018 dan 2019," jelas Rhee.
Kebijakan yang mereka sarankan untuk Indonsia disampaikan oleh Asisten Direktur Departemen Internasional Moneter IMF, Kenneth Kang. Rupiah telah depresiasi hampir 11%, akan tetapi mata negara ekonomi maju seperti Australia dan Selandia Baru pun juga melemah sekitar 9% terhadap dolar AS.
"Jadi Indonesia juga tidak terkecuali. Di luar turbulens eksternal itu, fundamen Indonesia tetap cukup aman, utang yang masih di bawah 30% dari GDP, inflasi terjaga rendah, konsumsi yang bisa di atas 5%. Cadangan devisa masih sekitar US$115 miliar. CAR masih 22%. Target-target pemerintah menurut saya sudah dalam track dengan menargetkan defisit yang lebih rendah, memfleksibelkan kurs dengan pasar, dan menaikkan suku bunga sudah memperlihatkan reformasi yang terencana," tukas Kenneth Kang. (OL-3)
Jack Ma: Pekerja Bahagia, Pemegang Saham Pun Bahagia
CO-FOUNDER and Executive Chairman Alibaba Group, Jack Ma, berbagi tips mengembangkan perusahaan hingga memiliki kapitalisasi besar. Ternyata kuncinya tak jauh beda dengan pernikahan, yakni bahagia dan saling percaya.
"Jika pekerja sangat bahagia pemegang saham juga akan bahagia. Tim kita harus baik!" seru Jack Ma yang menjadi pembicara dalam salah satu rangkaian acara Pertemuan Tahunan IMF -Worldbank 2018 di Nusa Dua, Jumat (12/10).
Bermodalkan dua hal ini, Jack Ma berhasil mendirikan dan mengembangkan perusahaan yang kini memiliki kapitalisasi US$500 miliar atau setara Rp7,6 triliun.
Sejak melantai di bursa saham New York (New York Stock Exchange) Alibaba Group Lyd telah mengembangkan kapitalisasinya dari US$167 miliar menjadi US$500 miliar. Nilai per lembar sahamnya pun berlipat sejak penawaran perdana US$60 per lembar saham hingga saat ini US$147 per lembar saham.
Padahal, bisnis fintech ini dimulai 1999 ketika internet belum marak seperti saat ini. Tentu saja saat itu banyak yang menaruh kecurigaan pada model hisnisnya yang sama sekali baru.
"Waktu saya memulai usaha ini, orang tidak tau internet. Waktu itu belum ada di kamus. Kami hanya janjikan kepada penguasa dan pengusaha bahwa kami tidak melakukan kegiatan kriminal," kisah Jack Ma.
Meyakinkan orang akan model bisnisnya yang futuristik itu bukan satu-satunya tantangan. Tantangan yang tak kalah sulitnya ialah meyakinkan orang untuk mau bergabung dengannya membangun bisnis.
Bagi Jack Ma menemukan orang-orang yang kompeten dan bisa bekerjasama untuk memajukan perusahaanmemerlukan kecerdasan emosional (EQ), bukan sekedar IQ.
"Saya tidak janjikan pada mereka, anda akan kaya dan sukses. Tapi saya bilang kalau kita kerja pasti ada hasil. Saya katakan pada mereka ini bukan Jack ma yang berikan anada kesempatan, tapi anda yang berikan kesempatan pada diri anda sendiri," ujarnya meyakinkan.
Dalam 13 tahun, usaha kecilnya berkembang hingga mampu mempekerjakan 20 ribu orang.
"Musim panas 2012, waktu itu pegawai saya ada 20 ribu dan anda bilang ada 30 orang yang percaya pada anda. Ya memang tidak ada istilah orang yang terbaik di dunia, tapi kami melatih mereka jadi yang terbaik," lanjut dia.
Uniknya lagi, Jack Ma biasanya tidak terlalu suka merekrut pekerja ahli. Baginya keahlian tersebut ada di masa lalu, sementara yang terpenting saat ini ialah kemauan untuk maju.
Lagi pula, lanjut Jack Ma, berangkat dari pengalamannya dengan Alibaba, di masa depan mesin-mesin akan mampu melakukan hal-hal yang lebih hebat dari manusia. Makanya, sebelum menutup sesi ia berpesan agar mengajarkan anak-anak keahlian yang tidak akan bisa digantikan oleh mesin
"Ke depan mesin akan melakukan lebih baik, jadi kami harus ajarkan anak-anak untuk melakukan pekerjaan yang tidak akan tergantikan oleh mesin," pungkasnya. (OL-3)
Jepang Berikan Bantuan untuk Korban di Gempa Sulawesi Tengah
PEMERINTAH dan pihak swasta Jepang memberilam bantuan darurat senilai total Rp23 miliar untuk menyelamatkan korban gempa di Sulawesi Tengah (Sulteng).
Rinciannya penyaluran barang bantuan darurat seperti tenda, genset dan penjernih air senilai Rp3 miliar, dan bantuan yang berasal dari 60 perusahaan Jepang berupa dana, barang, dan bahan bakar.
Selain itu, mereka juga mengirimkan 50 orang dari tim Pasukan Bela Diri Jepang (Japan Disaster Rilief) untuk pengiriman bantuan barang darurat dan mengangkut para pengungsi.
Mereka juga melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah bencana yang memanfaatkan pengetahuan dan pengalaman.
"Dari pengalaman kami membanti usaha rekonstruksi umum dan dari bencana selama ini, akan dilaksanakan survei The Japan International Cooperation Agency (JICA) secepat mungkin agar pemerintah Indonesia dapat membuat cetak biru, rehabilitasi, dan rekonstruksi berdasarkan konsep Build Back Better," ujar Menteri Keuangan Jepang Taro Aso, pada konferensi pers di Grand Hyatt Bali, Jumat (12/10) malam.
Agar tidak terulang korban dalam jumlah besar akibat bencana gempa dan tsunami di Indonesia, Pemerintah Jepang memberikan dana hibah sebesar Rp187,5 miliar berupa barang pemasangan seismograph yang di tempatkan pada 93 titik di wilayah Indonesia.
Beberapa tenaga ahli JICA memiliki pengetahuan tentang penanggulangan bencana saat ini, tengah melakukan tugas di instansi pemerintah Indonesia seperti BNPB, Kementerian PUPR, yang mengemban tugas pemulihan rekonstruksi bencana.
"Kami memperkuat kemampuan pengumpulan dan analisis informasi bencana yang sering terjadi agar Indonesia bisa memanfaatkannya pada perumusan perencanaan penganggulangan bencana. Kami telah berpengalaman sebelumnya untuk situasi yang serupa di Aceh," tukas Taro Aso. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved