Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Pengusaha Diminta Perangi Kampanye Negatif Sawit

Andhika Prasetya
08/10/2018 23:30
Pengusaha Diminta Perangi Kampanye Negatif Sawit
(ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

PEMERINTAH berkomitmen untuk terus memerangi kampanye negatif terhadap kelapa sawit di berbagai negara khususnya di kawasan Uni Eropa. Apabila persepsi keliru tentang sawit dibiarkan terus-menerus, sentimen negatif tersebut akan dianggap sebagai kebenaran.

“Karena itu, semua yang terlibat di industri sawit harus menggencarkan kampanye positif agar pemberitaan menjadi lebih berimbang dan masyarakat internasional lebih paham peran sawit bagi pembangunan berkelanjutan,” ujar Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita ketika menjadi pembicara pada pertemuan Konferensi Minyak Kelapa Sawit Eropa (EPOAC) di Madrid, Spanyol, akhir pekan lalu.

Enggartiasto mengajak produsen minyak kelapa sawit bekerja sama melawan kampanye negatif itu. Terlebih, minyak kelapa sawit bukanlah komoditas biasa bagi Indonesia. Komoditas sawit memainkan peran penting dalam perekonomian serta menyediakan lapangan kerja bagi 5,3 juta orang dan memberi penghidup-an bagi 21 juta orang di Tanah Air.

“Sejak pertengahan 2000-an, eks­por minyak sawit jadi sumber pendapatan penting bagi pemerintah untuk mendorong pembangunan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan.”

Melalui keterangan resminya, Kementerian Perdagangan mencatat ekspor minyak kelapa sawit Indonesia ke Uni Eropa pada 2017 sebesar US$3,83 miliar, naik 35,27% dari 2016 yang hanya US$2,83 miliar.

Dalam upaya menggalang kekuat-an melawan kampanye hitam, Enggar, begitu sapaan akrabnya, akan menggelar pertemuan bilateral di sela EPOAC dengan Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Koh Sum Sim.

“Pemerinta Indonesia dan Malaysia akan bekerja sama menyusun strategi dan mengampanyekan minyak kelapa sawit berkelanjutan guna melawan kampanye negatif,” ucapnya.

Sebelumnya, Ekonom Indef Bhima Yudistira juga menegaskan perlunya pemerintah memerangi kampanye hitam atas sawit lantaran merugikan ekonomi dan investasi nasional. “Jika pemerintah tidak menjaga komoditas (sawit) dari gangguan, nasib sawit kita akan seperti komoditas rempah-rempah yang kini kita de­ngar cerita kejayaannya saja,” tutur dia.

Cari dukungan
Di sela EPOAC itu, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita juga meminta dukungan pelaku usaha Spanyol untuk bisa menyuarakan percepatan perundingan Indonesian-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA). Kesepakatan itu amat penting karena akan mampu mengakomodasi kepentingan sektor perdagangan semua pihak secara berimbang.

“Indonesia selama ini jadi mitra strategis Spanyol. Kesepakatan IEU-CEPA berdampak positif lebih besar bagi semua pihak, termasuk pelaku usaha kedua negara,” jelas Enggar.

Sebagai informasi pada 2017, total perdagangan Indonesia dan Spanyol tercatat US$2,51 miliar. Jumlah itu terdiri dari ekspor Indonesia ke Spanyol sebesar US$2,01 miliar dan ekspor dari Spanyol ke Indonesia US$496,01 juta. Dengan begitu, Indonesia memiliki surplus neraca perdagangan US$1,51 miliar. Adapun, pada semester pertama 2018, perdagangan kedua negara tercatat US$1,79 miliar. Angka itu meningkat sebesar 21,77% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya