Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Semangat PP Hospitality Mewarnai Pariwisata Nasional

Gnr/S2-25
16/8/2018 08:30
Semangat PP Hospitality Mewarnai Pariwisata Nasional
(MI/Mohamad Irfan)

PEMBANGUNAN industri pariwisata di Indonesia yang tengah digencarkan pemerintah mendorong industri jasa keramahtamahan(hospitality services), termasuk sektor perhotelan, bertumbuh.

Peluang itu pun dirasakan oleh PT PP Properti Tbk melalui unit bisnis PP Hospitality yang berada di bawahnya. Saat ini, PP Hospitality mengelola tidak kurang dari lima hotel di Tanah Air.

Director Commercial and Hospitality PP Properti, Sinur Linda Gustina, mengatakan, perhatian pemerintah terhadap industri pariwisata membuat pihaknya makin bersemangat mengembangkan hospitality services di Indonesia.

“Pemerintah mendorong kita untuk meningkatkan pendapatan dari industri pariwisata. Hospitality services ini, kan, salah satunya. Karena itu, hotel kini bertransformasi, dari sekadar kamar dan ruang rapat menjadi tempat pertemuan, kegiatan insentive, konferensi dan pameran (MICE), serta penunjang gaya hidup juga,” kata Linda saat dijumpai di Jakarta, pada akhir Juli.

Fenomena tersebut membuat bisnis hospitality kian moncer. Tidak mengherankan jika hospitality pun menjadi salah satu bisnis sumber recurring income PP Properti. Prospek positifnya tecermin pada capaian EBITDA industri hospitality services yang meningkat hingga 30% di semester I 2018. Dalam tiga tahun ke depan, Linda pun optimistis kontribusi PP Hospitality terhadap pendapatan PP Properti akan bisa menyentuh 15%.

Semangat pemerintah mengembangkan industri pariwisata yang bersamaan dengan geliat pembangunan infrastruktur konektivitas antarpulau dan antardaerah di Indonesia kian mulus, juga menjadi berkah bagi industri hospitality services. Pasalnya, untuk bisnis perhotelan, lokasi yang strategis menjadi salah satu faktor pertimbangan utama karena akan menentukan permintaan atas ruang kamar atau ruang pertemuan.

“Namun, kalau permintaan belum tinggi, setidaknya bisa jadi trendsetter di daerah yang dikembangkan,” ujar Linda.

Saat ini, PP Hospitality yang dibentuk pada 2009 telah mengoperasikan lima hotel yang tersebar dari Pekanbaru, Riau, hingga Surabaya, Jawa Timur. Kelima hotel tersebut ialah PRIME PARK Hotel Pekanbaru, PRIME PARK Hotel Bandung, PARK HOTEL Jakarta, PP University dan PALM PARK Hotel Surabaya yang baru dibuka pada 1 Agustus. PT PP Properti Tbk saat ini juga sedang membangun PRIME PARK Hotel and Convention Lombok di Mataram, Nusa Tenggara Barat.

Selain sebagai operator bisnis perhotelan, PT PP Properti Tbk turut menjadi investor dengan menanamkan modal ke jaringan hotel internasional, di antaranya Swissbell Hotel Ballikpapan dan sedang membangun hotel bintang lima plus di Mandalika, NTB, bekerja sama dengan EBD Paragon dan Paramount Hotel and Resort.

Tekuni MICE

Pada masa mendatang, Linda mengemukakan, pihaknya berencana untuk menggabungkan hotel dengan convention seperti yang tengah dibangun di Mataram. Dengan mempertimbangkan keindahan alam dan kekayaan budaya setempat, ia optimistis pengembangan bisnis hotel yang berbaur dengan MICE akan menjadi daya tarik bagi grup bisnis dan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Adapun penggabungan hotel dan convention area akan makin memudahkan konsumen untuk mendapatkan fasilitas yang komprehensif.

“Semua yang kami bangun itu dibuat berdasarkan hasil studi yang dikaitkan dengan keinginan pasar, bukan apa yang ingin kita bangun. Jadi, selalu ada studi soal kebutuhan pasar. Untuk pembangunan ke depannya, kami juga akan memanfaatkan lahan yang kami punya dahulu, seperti di Padang, Sumatra Barat,” lanjut Linda.

PP Hospitality kini pun makin percaya diri di industri MICE setelah sukses menjadi investor dan operator di Jawa Tengah dengan merevitalisasi Pabrik Gula Colomadu menjadi De Tjolomadoe Convention & Heritage. Revitalisasi itu dilakukan bersama-sama dengan sejumlah BUMN, di bawah bendera konsorsium PT Sinergi Colomadu.

Pasa masanya, Pabrik Gula Colomadu yang didirikan pada 1861 sempat menjadi yang tersohor di Asia. Sejak 1998, pabrik tersebut akhirnya berhenti beroperasi. Dua dekade kemudian, ia menjelma destinasi wisata berupa museum, kafe, maupun hall multifungsi. Pembukaannya ditandai dengan konser komposer kenamaan dunia, David Foster.

“Industri MICE yang dipadukan dengan hospitality services akan membuat orang nyaman. Begitu juga dengan aspek lain, seperti seni misalnya, kalau dipadukan dengan hospitality services pun orang akan rela datang. Contohnya, bangunan heritage yang kami develop dan operate,” ujar Linda.

Di sisi lain, peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hospitality services juga harus terus dipacu. Di era digitalisasi yang serba mudah saat ini, tren hospitality services pun terus mengarah kepada kemudahan dari sisi teknologi informasi. Linda mengungkapkan, pihaknya menyediakan tim IT yang andal untuk menangani hal tersebut.

“Banyak SDM kami yang kami ikut sertakan dalam kursus terkait digitalisasi. Jadi, mereka bisa belajar untuk melahirkan produk digital. Tim IT kami terus berevolusi sedemikian rupa supaya bisa mengikuti perkembangan zaman. Saat ini, layanan kami juga bisa diakses lewat internet maupun aplikasi,” ujar Linda. (Gnr/S2-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya