Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
DUNIA kini memasuki revolusi Industri 4.0. Di era ini segalanya mengacu pada peningkatan otomatisasi, machine-to-machine dan komunikasi human-to-machine, artificial intelligence (kecerdasan buatan), serta pengembangan teknologi berkelanjutan.
Era ini merupakan lompatan yang lebih canggih dari revolusi industri ketiga yang dimulai pada 1970-an, ketika kemajuan dalam otomatisasi bertenaga komputer memungkinkan manusia memprogram mesin dan jaringan.
Sementara itu, kehadiran mesin uap dan penemuan alat tenun pada abad ke-18, secara radikal mengubah bagaimana barang-barang diproduksi, sekaligus menandai revolusi industri pertama. Seabad kemudian, listrik dan jalur perakitan memungkinkan produksi massal, menandai era berikutnya (revolusi kedua).
Perkembangan peradaban manusia itu kini memasuki fase keempat atau yang lazim disebut industri 4.0, yakni manusia tak lagi bersaing dengan sesama, tetapi juga dengan mesin. Tahun lalu kebijakan untuk menyiapkan Industri 4.0, menjadi agenda utama pembahasan dalam World Economic Forum di Davos dan Global Manufacturing and Industrialisation Summit 2017 di Abu Dhabi.
Beberapa negara yang memiliki program-program untuk mendukung industrinya menuju Industri 4.0, antara lain Jerman, Inggris, Amerika Serikat, Tiongkok, India, Jepang, Korea Selatan, Thailand, bahkan Vietnam. Lantas, bagaimana dengan Indonesia?
Menurut Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Indonesia mesti siap memasuki era ini. Tak sekadar siap, tapi implementasi Industri 4.0 harus mampu meningkatkan produktivitas, penyerapan tenaga kerja, dan perluasan pasar bagi industri nasional. Namun, menurut Airlangga, peluang yang ditimbulkan tersebut perlu membutuhkan keselarasan dengan perkembangan teknologi dan seperangkat keterampilan baru.
"Revolusi Industri 4.0 merupakan upaya transfomasi menuju perbaikan dengan mengintegrasikan dunia online dan lini produksi di industri, di mana semua proses produksi berjalan dengan internet sebagai penopang utama," kata Menperin, beberapa waktu lalu.
Menurut Airlangga, Industri 4.0 tidak bisa dihindari karena sudah berjalan. Untuk itu, pihaknya terus menyosialisasikan hal ini kepada seluruh stakeholders agar siap menghadapi dan memanfaatkan peluang tersebut. "Kami juga sedang mempelajari dari negara-negara lain yang telah menerapkan sehingga bisa kita kembangkan Industri 4.0 dengan kebijakan berbasis kepentingan industri dalam negeri," ujarnya.
Airlangga menyebutkan, sejumlah sektor industri nasional telah siap memasuki era Industri 4.0, di antaranya industri semen, petrokimia, otomotif, serta makanan dan minuman. "Misalnya industri otomotif, dalam proses produksinya, mereka sudah menggunakan sistem robotic dan infrastruktur internet of things," ungkapnya.
Kemudian, di industri makanan dan minuman, teknologi Industri 4.0 diterapkan pada pemilihan bahan baku, tetapi untuk proses pengemasannya tetap menggunakan tenaga manusia. "Jadi kombinasi tersebut masih labour intensive, tidak mendelegasikan," tegasnya.
Sementara itu, untuk mewujudkan pelaksanaan Industri 4.0 di sektor industri kecil dan menengah (IKM), Kementerian Perindustrian telah meluncurkan program e-Smart IKM. "Program ini khusus untuk sektor consumer based yang memanfaatkan platform digital dan dikerjasamakan dengan marketplace yang ada di Indonesia," jelas Airlangga.
Di samping itu, Kemenperin juga mendorong penciptaan wirausaha berbasis teknologi yang dihasilkan dari beberapa technopark yang dibangun di beberapa wilayah di Indonesia, seperti di Bandung (Bandung Techno Park), Denpasar (TohpaTI Center), Semarang (Incubator Business Center Semarang), Makassar (Makassar Techno Park-Rumah Software Indonesia, dan Batam (Pusat Desain Ponsel). "Pusat pengembangan inovasi tersebut juga akan ditambah dengan Innovation Center milik Apple. Jadi dari seluruh ekosistem ini, kami ingin merajut kebijakan straegis ke depan untuk memacu pertumbuhan dan daya saing industri nasional, termasuk menyiapkan insentifnya," papar Airlangga.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Haris Munandar mengatakan, Kemenperin telah mengidentifikasi kesiapan seluruh sektor industri di Indonesia untuk mengimplementasikan sistem Industri 4.0 dalam aktivitas industrinya. Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, mereka membuat peta jalan dan rencana strategis implementasi sistem Industri 4.0 pada sektor industri nasional untuk beberapa tahun ke depan, baik jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved