Headline
Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.
Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.
PT Pertamina (persero) bakal menambah 7.000 titik eksplorasi dalam pengelolaan Blok Rokan, Riau. Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama PT Pertamina, Nieke Widyawati, mengatakan, sejak beroperasi 94 tahun lalu, produksi Blok Rokan sudah menurun. “Kita harus menambah area eksplorasi baru,” ungkapnya di Jakarta, Rabu (1/8).
Penambahan area tersebut, kata Nieke, bertujuab meningkatkan produksi migas di Blok Rokan. Selain itu, koordinasi pun akan terus dilakukan kepada tiga pihak, operator lama, SKK Migas, dan pemerintah. “Sehingga dalam masa transisi produksi tidak menurun.”
Seperti diwartakan, Pertamina baru saja ditetapkan pemerintah untuk alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron pada Selasa (31/7) lalu.
Terkait dengan mitra pengelola yang akan digandeng Pertamina dalam mengelola blok tersebut, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arcandra Tahar mengatakan hal itu sepenuhnya wewenang Pertamina. Pemerintah, kata dia, telah menyerahkannya kepada BUMN tersebut dengan ketentuan memberikan 10% participating interest kepada pemerintah daerah dan selebihnya masuk aksi korporasi.
Menurut Arcandra, pemerintah cuma akan memberikan rekomendasi dan evaluasi khususnya atas kinerja Pertamina dalam pengelolaan Blok Mahakam supaya produk Blok Rokan lebih baik. “Kita di tim bekerja dengan data yang cukup lengkap, termasuk dalam hal ini, Menteri ESDM Ignasius Jonan ke AS (Amerika Serikat) bicara dengan Chevron, untuk melihat bagaimana kita mengevaluasi Blok rokan ini.”
Untuk diketahui, Kementerian ESDM pada April lalu menerbitkan Peraturan Menteri (Permen) ESDM No 23/2018 tentang Pengelolaan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi (Migas) yang akan Berakhir Kontrak Kerja Samanya. Regulasi itu menggantikan Permen ESDM No 15/ 2015 tentang hal yang sama karena dianggap sudah tidak memenuhi perkembangan dan dinamika dalam kegiatan usaha hulu migas.
Penetapan Permen ESDM No 23 Tahun 2018 dengan pertimbangan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi migas dan menjaga kelangsungan investasi pada wilayah kerja (WK) migas yang akan berakhir kontrak kerja samanya. Semangat Permen ESDM No 23/2018 jo No 28/2018 ialah mengupayakan agar hasil pengelolaan blok migas terminasi lebih besar untuk negara.
Menurut Jonan, Pertamina mampu menjalankan tugas yang diberikan pemerintah karena mereka memiliki sumbe daya yang sangat besar dan juga pangsa pasar yang besar. “Tinggal caranya saja mengelola ini harus menyesuaikan dari waktu ke waktu.”
Keuangan sehat
Menurut Nicke, secara finansial Pertamina sanggup mengelola blok tersebut. Buktinya mereka sanggup membayar bonus tandatangan (signature bonus) US$784 juta atau sekitar Rp11,3 triliun. Signature bonus merupakan prasyarat yang ditetapkan pemerintah bagi calon pengelola wilayah kerja migas. Uang itu nantinya akan masuk ke kas negara dalam proposal penawaran.
Nicke mengatakan anggaran untuk signature bonus berasal dari keuangan perusahaan tanpa ada campur tangan dari eksternal atau pinjaman. Pengunaan dana internal perusahaan tesebut, kata dia, mengindikasikan bahwa keuangan Pertamina hingga saat ini masih kuat. Dia bilang akan ada tambahan keuntungan yang didapat selama tiga tahun mengelola Blok Rokan sebesar Rp90 triliun yang nantinya akan menambal neraca keuangan perseroan. (Cah/E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved