Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
SETELAH mengalami defisit selama dua bulan berturut-turut (April-Mei), neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2018 mengalami surplus sebesar US$1,74 miliar.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), surplus itu karena melemahnya aktivitas ekspor-impor. BPS mencatat nilai ekspor Juni 2018 sebesar US$13 miliar atau turun 19,8% ketimbang Mei 2018. Begitu juga dengan impor yang hanya US$11,26 miliar atau turun 36,27% jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
"Jadi, surplusnya lumayan jika dibandingkan dengan Juni 2016 yang sebesar US$1,11 miliar atau Juni 2017 yang sebesar US$1,67 miliar," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, kemarin.
Ia menjelaskan penurunan kinerja ekspor dan impor pada Juni 2018 yang bertepatan dengan Lebaran merupakan hal biasa terjadi setiap tahun karena ada libur panjang sehingga ada penurunan kegiatan ekspor.
Menurut dia, pada Juni 2018, surplus sektor nonmigas sebenarnya mencapai US$2,14 miliar, tapi tergerus sektor migas yang defisit US$393 juta.
Secara kumulatif Januari-Juni 2018, neraca perdagangan Indonesia masih mengalami defisit sebesar US$1,02 miliar. Pada periode tersebut, total ekspor sebesar US$88,02 miliar dan total impor sebesar US$89,04 miliar.
Suhariyanto menambahkan, sepanjang 2018 neraca perdagangan Indonesia surplus pada Maret dan Juni, sedangkan pada Januari, Februari, April, dan Mei mengalami defisit.
"Nonmigas masih surplus US$4,3 miliar, tapi menjadi negatif karena impor migas kita luar biasa, baik untuk minyak mentah maupun hasil minyak. Kita tahu harga minyak sekarang ini cukup tinggi dan tidak mampu dikompensasi ekspor nonmigas sehingga secara kumulatif terjadi defisit."
Berdasarkan negara tujuan, Indonesia mengalami surplus US$4,1 miliar dengan Amerika Serikat, India US$3,96 miliar, dan Belanda US$1,33 miliar.
Amankan pasar AS
Terkait dengan perdagangan, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya mengamankan pasar tujuan ekspor Amerika Serikat (AS) dengan mengambil langkah antisipatif akibat adanya dinamika perdagangan internasional yang akan menghambat kinerja ekspor Indonesia.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan pihaknya akan memimpin kunjungan ke 'Negeri Paman Sam' pada 21-28 Juli 2018, yang bertujuan menjaga keseim-bangan hubungan dagang di antara kedua negara.
"Pemerintah berupaya menjaga dan mengamankan pasar komoditas ekspor Indonesia ke negara-negara tujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekspor 11%. Pemerintah harus sigap bertindak jika ada indikasi pasar ekspor yang akan terhambat," kata Enggar dalam keterangan tertulis yang diterima kemarin.
Kunjungan itu merupakan langkah antisipatif atas dinamika perdagangan internasional saat ini, yang memicu merebaknya kebijakan proteksionisme hingga kenaikan tarif bea masuk.
Di samping itu, kunjungan tersebut akan memperkuat kemitraan bilateral kedua negara. "Kunjungan ke Amerika kali ini berupaya menjaga agar kepentingan ekspor Indonesia tidak terganggu karena AS adalah negara mitra dagang utama kedua setelah Tiongkok," kata Enggar.
(E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved