Kesepakatan Freeport Sebuah Kemajuan Besar

PRESIDEN Joko Widodo menyatakan bahwa kesepakatan yang tercapai dalam divestasi Freeport merupakan kemajuan besar bagi Indonesia.

"Kalau sudah bisa masuk ke head of agreemeent, itu sebuah kemajuan yang amat sangat pesat. Jangan dipikir itu ketemu baru tanda tangan, ini proses panjang 3,5 tahun dengan Freeport," kata Presiden Jokowi seusai memberikan kuliah umum di Akademi Bela Negara Partai NasDem di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, kesepakatan harus dimulai dari adanya head of agreement (HOA) dan nanti harus ditindaklanjuti dengan kesepakatan kedua hingga ketiga.

"Kalau sudah bisa masuk ke HoA, itu sebuah kemajuan yang amat sangat pesat. Alhamdulillah patut kita syukuri. Jangan malah sudah ada kemajuan dibilang miring-miring," tandasnya.

Dari Padang, Presiden ke-3 RI Bacharuddin Jusuf Habibie menilai divestasi 51,2% saham PT Freeport Indonesia (PT FI) merupakan prestasi dari Presiden Jokowi.

"Itu positif," ujarnya seusai penganugerahan gelar honoris causa (HC) atau doktor kehormatan Dato' Sri Tahir dari Universitas Andalas (Unand) di Kota Padang, Sumatra Barat, kemarin.

Namun, diingatkan Habibie, bahwa memiliki saham 51% memiliki implikasi harus bersedia menanggung untung dan rugi. Oleh karena itu, pengelolaan manajemen perlu menjadi perhatian.

Di sisi lain, pemerintah memastikan bahwa bank BUMN tidak ikut terlibat dalam pendaanan pembelian 51% saham PT FI.

"Tidak ada," kata Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo seusai nonton bareng final Piala Dunia di Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Minggu (15/7).

Gatot memastikan hal tersebut berulang kali. Dia mengatakan pinjaman yang diajukan Inalum untuk pembelian saham Freeport akan lebih banyak disalurkan oleh bank bukan milik pemerintah.

Namun, Gatot tidak memerinci entitas bank yang akan menjadi kreditur Inalum tersebut. Nilai divestasi 51% saham Freeport mencapai US$3,85 miliar.