Headline
AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.
Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.
BANK Indonesia (BI) akhirnya menaikkan BI 7-day reverse repo rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 4,50%. Suku bunga deposit facility juga dinaikkan 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga lending facility sebesar 25 bps menjadi 5,25% berlaku efektif mulai 18 Mei 2018.
Meskipun dinilai agak terlambat, keputusan tersebut masih disam-but positif sejumlah kalangan.
Analis senior Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada, mengatakan paling tidak keputusan tersebut memberikan kepastian akan sikap BI dalam merespons fenomena yang ada.
Melalui keterangan tertulis, kemarin, Reza melihat penaikan suku bunga itu akan membawa konsekuensi, terutama pada angka suku bunga kredit perbankan.
"Perbankan mungkin akan melakukan penyesuaian suku bunga yang nantinya akan berdampak pada nasabahnya, terutama pada penyaluran kredit," jelas Reza.
Dalam rilisnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI menyampaikan bahwa kebijakan tersebut ditempuh sebagai bagian dari ba-uran kebijakan BI untuk menjaga stabilitas perekonomian di tengah berlanjutnya peningkatan ketidakpastian pasar keuangan dunia dan penurunan likuiditas global.
BI juga melanjutkan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai kondisi fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar. Kebijakan tersebut, menurut BI, ditopang pelaksanaan operasi moneter yang diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas, baik di pasar valas maupun pasar uang.
Selain itu, BI menyatakan lembaga tersebut menerapkan kebijakan makroprudensial, di antaranya dengan tetap mempertahankan countercyclical capital buffer (CCB) sebesar 0% untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan.
Penaikan suku bunga kebijakan BI 7-day reverse repo rate sebesar 25 bps, kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, akan mengubah paling tidak proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia meskipun dari sisi kurva, BI masih memproyeksikan di level 5,1%-5,5%.
Dorongan tersebut antara lain dari investasi yang dilakukan swasta yang melakukan spending besar, baik di bangunan maupun nonbangunan, dan mungkin tidak akan terlalu terpengaruh oleh penaikan suku bunga. Di samping itu, konsumsi diperkirakan meningkat jika dibandingkan dengan di 2017, yang dipicu kegiatan atau event politik dan olahraga yang mendorong belanja masyarakat.
Di sisi lain, ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro berpendapat penaikan suku bunga acuan BI-7 day reverse repo rate tidak akan langsung berdampak pada naiknya suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.
"Transmisi suku bunga acuan kepada suku bunga bank, ada dua hal yang dihadapi bank. Pertama, bank masih ada masalah NPL (kredit macet) meski sudah relatif membaik. Bank masih akan berhati-hati untuk melihat kemampuan pembayaran perusahaan," ujar Andry di Jakarta, kemarin. (X-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved