Headline

Dalam suratnya, Presiden AS Donald Trump menyatakan masih membuka ruang negosiasi.

Fokus

Tidak semua efek samping yang timbul dari sebuah tindakan medis langsung berhubungan dengan malapraktik.

Potret Ajaib Wajah Kemiskinan di Indonesia

(Raja Suhud/E-2)
09/4/2018 07:15
Potret Ajaib Wajah Kemiskinan di Indonesia
(Antara)

KEMISKINAN dan kekayaan ialah dua sisi yang menarik untuk dibahas dan diamati. Ada pemeo yang mengatakan yang miskin terus bertambah miskin dan yang kaya akan bertambah kaya. Namun, benarkah demikian? Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia menemukan fakta yang menarik.

Dalam kurun waktu 20 tahun sejak 1993 hingga 2014, LPEM FEB UI mengikuti perge­rakan orang miskin dan kaya yang menjadi sampel penelitian. Ditemukan bahwa ada sekitar 3% dari populasi yang secara konsiten terus menjadi orang miskin meskipun ia telah mendapat berbagai bantuan dari berbagai pihak.

Di sisi lain, ada 5% yang terus-menerus tetap tidak tergoyahkan posisinya sebagai orang kaya meskipun berbagai krisis menghantam mereka. Kekayaan mereka tidak tergoyahkan, sama seperti kemiskinan yang yang tidak juga tergoyahkan di kutub yang berseberangan.
Teguh Dartanto, Ketua Program S-1 FEB UI yang terlibat dalam penelitian itu, mengatakan upaya mengentaskan rakyat dari kemiskinan akan semakin sulit dilakukan mengingat begitu lekatnya kemiskinan.

Namun, bukan itu yang perlu menjadi perhatian utama pemerintah.  Perhatian perlu ditujukan bagi orang yang berada di antara kutub kemiskinan dan kekayaan.  Bila dijumlahkan, berarti ada 92% populasi yang jumlahnya terombang-ambing antara jatuh miskin dan naik kelas jadi orang kaya.  Menjadi tugas pemerintah untuk terus menjaga agar orang yang sudah berada di atas garis kemiskinan tidak jatuh menjadi orang miskin.  Syukur-syukur bisa ditingkatkan harkat martabat mereka agar makin menjauhi garis kemiskinan.

Pada Maret lalu, BPS telah memulai Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang akan memotret angka kemiskinan di Indonesia. Angka survei terakhir menunjukkan jumlah orang miskin turun 1,19 juta orang menjadi 26,58 juta orang (10,12%), dari kondisi Maret 2017 yang sebesar 27,77 juta orang (10,64%).

Pemerintah berharap jumlah orang miskin dapat turun hingga di bawah 10%. Sebuah angka yang masuk akal di tengah berbagai upaya yang diupayakan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan.  Pemberlakuan jaminan kesehatan nasional, bantuan dana pendidikan, hingga pembangunan infrastruktur akan menjadi katalis untuk membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Satu hal yang juga menjadi tantangan ialah mengubah mental masyarakat untuk tidak berlaku seperti orang miskin. Atas nama kemiskinan banyak orang merasa berhak mendapat subsidi. Padahal, sebenarnya mereka mampu. Penggunaan elpiji dan BBM bersubsidi ialah contohnya.

Bila itu bisa diselesaikan, urusan subsidi tepat sasaran bisa beres dan peningkatan kemakmuran tinggal di depan mata.  Anggaran subsidi tidak perlu membengkak dan hasilnya bisa digunakan untuk membiayai pembangunan yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Raja Suhud/E-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya