Headline

DPR klaim proses penjaringan calon tunggal hakim MK usulan dewan dilakukan transparan.

Tren Penguatan Rupiah akan Diuji

Fetry Wuryasti
17/3/2018 22:17
Tren Penguatan Rupiah akan Diuji
(MI/RAMDANI)

LAJU rupiah di pekan lalu mampu berbalik menguat, seiring melemahnya dolar AS karena meresponS kondisi politik di negeri itu.

Keputusan Presiden Donald Trump memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson, dan kekhawatiran terjadinya perang dagang AS-Tiongkok, memberikan pengaruh terhadap penguatas rupiah.

Adapun nilai tukar rupiah menguat 0,25% dari sebelumnya melemah 0,18%. Level tertinggi dicapai di angka Rp13.743 atau di bawah level sebelumnya di Rp13.730.

Meski laju dolar AS kembali melemah, tampaknya tidak cukup kuat mempertahankan laju rupiah di zona hijau yang cenderung berbalik melemah.

Masih adanya sentimen potensi terjadinya perang dagang akibat imbas proteksionis Presiden Trump, telah menekan laju dolar AS karena khawatir akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi AS.

Di sisi lain, laju rupiah tidak mampu memanfaatkan kondisi tersebut seiring dengan adanya rilis neraca perdagangan yang kembali mencatatkan defisit.

Selain itu, pelemahan juga dipicu respons negatif pelaku pasar terhadap rilis Kementerian Keuangan. Dalam rilis tersebut diungkapkan total utang pemerintah hingga akhir Februari 2018 mencapai Rp4.035 triliun, atau naik 13,46% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3.556 triliun.

"Laju Rupiah mampu menguat di tengah penilaian dari suatu lembaga rating yang mengatakan rupiah akan mengarah ke level Rp15 ribu per USD," ujar analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (17/3).

Di sisi lain, adanya pernyataan dari Bank Indonesia di mana pelemahan rupiah tidak mencerminkan fundamental ekonomi Indonesia, dan perkiraan terhadap kebijakan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIMP) yang dapat memperkuat ekspansi perbankan.

Rilis Kemenkeu terkait perkembangan utang luar negeri (ULN) total pada Januari 2018 yang tetap terkendali dengan struktur yang sehat. Itu tecermin antara lain dari rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Januari 2018, yang tercatat stabil di kisaran 34%. Itu masih lebih baik dibandingkan dengan rata-rata negara peers memberikan sentimen positif pada rupiah.

Pernyataan beberapa pejabat dalam negeri mampu menenangkan pasar. BI menyampaikan belum adanya potensi level terdepresiasinya rupiah hingga Rp15 ribu per dolar AS, seiring masih terjaganya fundamental ekonomi Indonesia yang terlihat dari sejumlah indikator ekonomi.

Disampaikan juga gejolak rupiah lebih disebabkan masalah psikologis dalam menanggapi potensi kenaikan suku bunga AS.

"Penguatan yang terjadi pada rupiah hingga pertengahan pekan kemarin mampu membentuk tren kenaikan. Akan tetapi, tren ini masih harus kembali diuji ketahanannya seiring mulai adanya pembalikan arah melemah di akhir pekan kemarin," tambah Reza.

Diharapkan pelemahan tersebut dapat lebih sementara, seiring masih melemahnya laju dolar AS yang terimbas kondisi politik di dalam negerinya. Dan kembali membuat rupiah untuk dapat menemukan momentum kenaikannya. Diperkirakan laju Rupiah akan berada pada rentang support Rp13.758 dan resisten Rp13.732. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Eko Suprihatno
Berita Lainnya