Headline

Ketegangan antara bupati dan rakyat jangan berlarut-larut.

Proteksionisme AS Picu Saham Melemah

Fetry Wuryasti
08/3/2018 11:01
Proteksionisme AS Picu Saham Melemah
(ANTARA/Muhammad Adimaja)

INDEKS harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup melemah 131,84 poin, yang dipicu sentimen kebijakan proteksionis yang dite­rapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

IHSG BEI ditutup melemah 131,84 poin atau 2,02% menjadi 6.368,26, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 24,62 poin (2,28%) menjadi 1.053,60.

Analis Shinhan Sekuritas Indonesia Teuku Hendry Andrean mengatakan sentimen dari eksternal mengenai kebijakan proteksionis ekonomi AS menjadi faktor utama bursa saham di kawasan Asia, termasuk pelemahan IHSG.

“Kebijakan proteksionis Amerika Serikat membuat pelaku pasar khawatir, situasi itu dapat memicu perang dagang global,” ujarnya, kemarin, seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, perang dagang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi dunia, yang akhirnya memicu kepanikan pada sektor keuangan seperti pasar saham. Investor meng­antisipasi itu dengan melepas sebagian aset sahamnya.

Ia menambahkan agresivitas bank sentral Amerika Serikat (The Fed) yang akan menaikkan suku bunga acuannya hingga sebanyak empat kali pada 2018 ini turut menjadi faktor negatif bagi pasar saham di dalam negeri.

“Kenaikan suku bunga The Fed memicu nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS. Situasi itu juga direspons negatif oleh investor saham.”

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menyampaikan IHSG mengalami tekanan pascarilis indeks konsumen oleh Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan optimisme konsumen melemah pada Februari 2018.

Menurut indeks konsumen BI, keyakinan konsumen domestik merosot ke angka 122,5 pada Februari karena ekspektasi berkurangnya lapangan kerja serta lemahnya upah yang mendorong pesimisme konsumen.

“Meski laporan keyakinan konsumen yang mengecewakan dapat mengganggu sentimen investor, perlu diingat prospek Indonesia tetap sangat menjanjikan, terutama melihat bagaimana pertumbuhan di Q4 (kuartal IV 2017) berhasil mencapai level ter­tinggi empat tahun di 5,19%,” pungkas Lukman.

Naik peringkat
Lembaga pemeringkat asal Jepang, Ra­ting and Investment Information Inc (R&I), menaikkan peringkat surat utang Indonesia berdenominasi valas dari BBB- menjadi BBB karena stabilitas perekonomian yang lebih terjaga dan daya tahan menghadapi guncangan ekonomi eskternal.

R&I dalam publikasinya mengatakan faktor kunci kenaik-an peringkat utang Indonesia ialah kinerja ekonomi Indonesia yang dianggap semakin kuat, tapi tetap stabil. Kemudian, laju inflasi bisa dijaga rendah, serta defisit anggaran dan utang pemerintah masih dalam tingkat yang aman.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo menyatakan perbaikan rating ke posisi BBB oleh R&I merupakan yang ketiga kalinya setelah peningkatan rating oleh Fitch dan JCR. Hal itu semakin mengukuhkan keyakinan dunia internasional terhadap kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang semakin kuat.

“Pengakuan itu didukung efektivitas kebijakan pemerintah dan otoritas dalam menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta komitmen pemerintah mengimplementasikan reformasi struktural,” kata Agus dalam keterangan tertulisnya. (E-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya