Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Isu Sustainability masih Dimainkan Hambat Sawit

(E-1)
05/2/2018 04:45
Isu Sustainability masih Dimainkan Hambat Sawit
(MI/Aries Munandar)

BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada 2017 mengalami surplus US$11,84 miliar. Sama seperti di 2016, penyumbang devisa terbesar masih berasal dari ekspor minyak sawit dan produk turunannya. Pada 2016 nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya (tidak termasuk biodiesel dan oleochemical) sebesar US$18,22 miliar, sedangkan tahun ini melejit di angka US$22,97 miliar atau naik sekitar 26%. “Saya tidak terlalu kaget dengan angka-angka itu karena sawit itu nilai ekspornya berbanding lurus dengan produksi, apalagi harga rata-ratanya juga meningkat,” kata guru besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung (Unila) Bustanul Arifin dalam keterangan tertulisnya, Minggu (4/2).

Bahkan, Bustanul memprediksi hingga 10 tahun mendatang, volume dan nilai ekspor minyak sawit dan produk turunannya masih akan terus meningkat. Meski demikian, dia mengingatkan para pelaku usaha dan pemerintah bahwa isu sustainibility atau keberlangsungan masih akan terus menjadi kendala. “Ini harus diselesaikan. Pemerintah harus terus melakukan diplomasi dagang. Kalau tidak, potensi devisa yang sangat besar ini bisa saja sirna karena ini merupakan salah satu hambatan dagang, tariff barrier,” katanya. Hal senada dikatakan pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira. Saat ini Indonesia masih terpaku pada pasar tradisional yang mencapai sekitar 70% dari total negara tujuan ekspor. “Kita dari dulu masih tidak terbuka untuk pasar baru. Pakistan, Eropa Timur, Afsel, Afrika Utara sangat potensial. Oleh karena itu, di 2018 harus buka pasar alternatif itu,” kata Bhima.

Pemerintah, lanjutnya harus bisa melakukan diplomasi dagang dengan negara tujuan ekspor sebab setiap negara selalu menerapkan tarif dan nontarif. Amerika Serikat, misalnya, saat ini menerapkan kebijakan perdagangan yang lebih protektif. (E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya