Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) membidik peningkatan penjualan di atas Rp 1 triliun untuk bisnis sepanjang 2018, atau meningkat sekitar 8%-10% dibandingkan pencapaian penjualan sebesar Rp960 miliar tahun ini.
"Tahun depan rencananya akan tumbuh 8%-10%. Tahun ini, kami tutup di Rp960 miliar. Semoga tahun depan bisa tembus Rp 1 triliun. Salah satunya karena kami telah IPO," kata Direktur Campina Ice Cream Industry Adji Anjono, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (19/12).
Peningkatan penjualan, tutur Adji, perusahaan akan mendapatkannya dari penambahan kapasitas pabrik di Surabaya, Jawa Timur, yang bisa mencapai 10%-15%. Posisi kapasitas pabrik pada saat ini telah mencapai 25 juta liter-26 juta liter per tahun.
"Kapasitas sudah hampir 30 juta liter. Sekarang kita sudah 25 juta liter-26 juta liter per tahun. Kira-kira kami akan nambah kapasitas 10%-15% di tahun depan," ungkap Adji Anjono.
Hingga saat ini, Adji mengaku, penjualan perusahaan banyak dihasilkan dari domestik. Sebab, perusahaan belum memiliki pabrik yang baru lagi guna menjual ke pasar luar negeri. Segmen penjualan di domestik, lanjut dia, perusahaan banyak menjual sebanyak 70% di Jawa, sedangkan sisanya 30% di pasarkan di luar Jawa.
"Dengan kapasitas yang ada, kami sambil mempersiapkan untuk penambahan kapasitas yang baru, bisa jadi di Surabaya atau di site (tempat) yang lain. Kalau elektrifikasi di luar pulau makin baik tentu memudahkan kami untuk jualan," tambah dia.
Pada Selasa (19/12), PT Campina Ice Cream Industry Tbk (CAMP) melakukan pencatatan perdana saham di PT Bursa Efek Indonesia dan menjadi emiten ke-565 di BEI, atau ke-35 di 2017. Perusahaan melepas 885 juta saham baru kepada publik, setara denngan 15,04% dari total modal ditempatkan dan disetor setelah initial public offering (IPO).
Perseroan menetapkan harga penawaran Rp330 per saham, sehingga potensi modal segar yang akan dikantongi perseroan mencapai Rp 292 miliar.
Presiden Direktur CAMP, Samudera Prawirawidjaja, mengatakan bahwa pertumbuhan pelaku industri pengolahan es krim sangat pesat, terutama dalam tiga tahun terakhir.
"Industri ini ditunjang oleh iklim tropis dan penduduk muda Indonesia yang jumlahnya sebanyak 150 juta jiwa. Dalam tiga tahun terakhir banyak produsen es krim baru karena banyak potensi pasar di Indonesia," ungkapnya.
Samudera menjelaskan dana yang terhimpun dari IPO akan digunakan untuk membayar pokok utang sebesar Rp 260 miliar. Sementara, sisanya untuk meningkatkan modal kerja. Dalam IPO ini, PT Shinhan Sekuritas Indonesia ditunjuk menjadi penjamin pelaksana tunggal.
"Sementara kami yang pertama akan menggunakan uang hasil IPO untuk bayar utang sekitar Rp200-an miliar, kemudian sisanya sebagai modal kerja dan mungkin ekspansi. Bisnis es krim itu butuh modal kerja yang cukup besar, jadi dengan IPO, bila sewaktu-waktu kamu mau ekspansi ya sudah siap, ulasnya. (OL-6)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved