Headline
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.
DALAM laporannya, Indonesia Economic Quarterly, di Jakarta kemarin, Ekonom Utama Bank Dunia untuk Indonesia Frederico Gili Sander mengatakan kinerja ekspor Indonesia mengalami kemajuan karena pemulihan harga komoditas. Salah satu pendo-rongnya, kata dia, ialah meningkatnya permintaan dari Tiongkok.
Namun, dia mengingatkan, terdapat tantangan dalam kinerja ekspor, misalnya ketidakpastian kebijakan proteksi di sejumlah negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat.
Dia pun mewanti-wanti untuk tetap menjaga arus impor agar surplus neraca perdagangan dapat berlanjut sehingga kontribusi ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi tidak minus.
“Kinerja impor sebaiknya didorong pada komponen bahan baku atau barang modal yang turut menggerakkan sektor manufaktur,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Perwakilan Bank Dunia Rodrigo Chaves mengingatkan adanya risiko yang membayangi dari kenaikan harga komositas, khususnya minyak bumi, sebab kenaikan harga minyak dunia yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kombinasi inflasi, peningkatan beban subsidi untuk keseluruhan sektor publik, juga penurunan daya beli masyarakat.
Selain itu, dia menilai arah bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, yang melanjutkan normalisasi kebijakan moneter, seperti peningkatan suku bunga (Federal funds rate/FFR), berpotensi memicu gejolak di pasar keuangan. The Fed diketahui kembali menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) mejadi 1,25%-1,5% lantaran kondisi perekonomian ‘Negeri Paman Sam’ terus membaik.
“Gejolak seperti itu bisa mengakibatkan arus modal keluar (capital outflow) tiba-tiba dari negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Hal itu dapat memicu kenaikan biaya pinjaman dan fluktuasi harga saham sehingga investasi bisa terhambat,” tegasnya.
Upaya BI
Pentingnya mewaspadai perekonomian global juga diutarakan peneliti Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Maxensius Tri Sambodo. Menurut dia, kondisi eksternal menjadi faktor penentu ekonomi pada 2018. “Kondisi kebijakan ekonomi negara maju yang mulai meningkatkan suku bunga serta kegaduhan dalam hubungan internasional akhir-akhir ini patut diperhitungkan,” ujarnya, kemarin.
Kepala Pusat Penelitian Ekonomi LIPI Agus Eko Nugroho mengakui kondisi ekonomi Indonesia secara makro tahun ini masih mantap terkendali walaupun dalam tekanan defisit fiskal dan tingkat pertumbuhan masih berada di bawah besaran yang diharapkan.
Sementara itu, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13-14 Desember 2017 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day reverse repo rate tetap 4,25%, dengan suku bunga deposit facility tetap 3,50% dan lending facility tetap 5,00%. Hal itu berlaku efektif mulai 15 Desember 2017.
Langkah itu konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik. (E-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved