Laju IHSG Agustus Cenderung Lunglai

FETRY WURYASTI [email protected]
02/8/2017 00:31
Laju IHSG Agustus Cenderung Lunglai
(MI/Ramdani)

LAJU indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Agustus 2017 cenderung bergerak melemah, mengulang pergerakan historisnya. Secara historis, laju IHSG di Agustus tercatat mengalami penurunan -2,50% seiring dengan berkurangnya imbas positif dari rilis kinerja para emiten. Di sisi lain, dari global pun seperti biasa akan cenderung diwarnai berita negatif.

Berkaca pada hal itu, Kepala Riset dari Bina Artha Sekuritas Reza Priyambada memperkirakan pada Agustus IHSG akan berada pada rentang support 5.725-5.764, dengan resisten 5.900-5.945. “Penguatan terjadi hanya di awal-awal minggu, setelah itu akan kembali berkurang se­iring masih adanya aksi jual,” kata Reza via rilis, Senin (1/8).

Imbas rilis kinerja para emiten yang dinilai baik pun, lanjut dia, secara perlahan akan terkikis dan tergantikan oleh berbagai sentimen lainnya.
Dia menambahkan perkiraan inflasi Juli 2017 di kisaran 0,56%–0,67%. Bahan makanan masih menjadi penyumbang inflasi paling besar. Imbas dari penaikan harga bahan bakar dan tarif dasar listrik sudah mulai berkurang karena telah terserap pada inflasi di bulan sebelumnya, yakni Juni 2017, berbarengan dengan masa puasa dan Lebaran.

Jika sentimen inflasi Juli itu memberikan hasil yang kurang baik, tentunya akan direspons negatif oleh pelaku pasar sehingga aksi jual pun tak terelakkan dan berujung pada turunnya IHSG. Pergerakan IHSG yang hanya mengalami pertumbuhan tipis sepanjang Juli 2017 (+0,19%) seiring dengan berbagai sentimen memberikan pandangan bahwa minat beli dari para pelaku pasar kian berkurang.

Sementara itu, analis teknikal Kresna Securities Etta Rusdiana Putra menyatakan Agustus merupakan periode paling penting untuk IHSG karena data laporan keuangan sesuai dengan ekspektasi sehingga yang ditunggu berikutnya ialah data GDP atau pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kunci agar indeks IHSG pada sentimen data ekonomi ialah bila positif ada potensi indeks kembali menguat karena ada aliran dana yang kembali masuk. Dalam tiga bulan terakhir ini, kata Etta, marak terjadi foreign net sell atau aksi jual asing akibat sentimen pesimistis investor.

Laba meningkat
Sejumlah portofolio laporan keuangan yang sesuai dengan ekspektasi antara lain terlihat dari sektor jasa dan manufaktur barang konsumsi yang mengalami peningkatan. Laba usaha sektor jasa perdagangan eceran, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAP), perusahaan ritel gaya hidup misalnya , pada semester 1 2017 meningkat 58,8%.
Seperti dikutip dari keterbukaan Bursa Efek Indonesia, pendapatan bersih MAP meningkat 15,8% menjadi sebesar Rp7,7 triliun atau naik dari Rp6,6 triliun yang tercatat di semester pertama 2016.

Laba usaha meningkat 58,8% dari Rp354,4 miliar menjadi Rp548,7 miliar dan laba bersih meningkat 278% menjadi Rp175 miliar dari Rp46,3 miliar yang tercatat pada periode semester pertama 2016. Dalam menanggapi hasil kinerja itu, Head of Corporate Communication MAP Fetty Kwartati menyampaikan perusahaan telah meraih momentum positif secara menyeluruh. (Ant/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya