Supaya Start-Up Lebih Berjaya

Ghani Nurcahyadi
31/7/2017 03:45
Supaya Start-Up Lebih Berjaya
(ist)

MEREBAKNYA usaha rintisan berbasis digital (start-up) di Indonesia membuat pemerintah mendorong para pelaku memberikan kontribusi lebih pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terlebih, pemerintahan Joko Widodo menargetkan Indonesia sebagai The Digital Energy of Asia pada 2019. Kementerian Komunikasi dan Informasi mencatat potensi industri digital pada 2020 dapat mencapai US$130 miliar (Rp169 triliun). Melihat potensi tersebut, Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) meluncurkan program Karya Merah Putih.

Program kolaborasi bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) tersebut diluncurkan untuk mendukung perkembangan ekonomi kreatif berbasis digital yang menjadi salah satu dari 16 subsektor ekonomi kreatif prioritas Bekraf. Melalui Karya Merah Putih, start-up yang masuk program tersebut diharapkan mampu mengembangkan bisnis. "Kami di Bekraf menyadari start-up nasional terus berkembang dengan pesat dan menawarkan berbagai solusi yang dapat membantu masyarakat. Kami berharap melalui program Karya Merah Putih, start-up nasional lebih maju dan tumbuh signifikan," kata Ketua Bekraf Triawan Munaf saat penandatanganan MoU dengan Kadin di Jakarta, Senin (24/7).

Start-up yang mengikuti Karya Merah Putih nanti mendapatkan pembinaan terkait dengan riset-edukasi-pengembangan ekonomi kreatif, akses permodalan, infrastruktur, pemasaran, fasilitasi hak kekayaan intelektual serta regulasi, dan hubungan antarlembaga serta wilayah. Dalam waktu dekat, Bekraf dan Kadin melalui Badan Inovasi Teknologi Start-up akan memulai seleksi start-up untuk masuk program Karya Merah Putih. Menurut Ketua Umum Kadin Rosan Perkasa Roeslani, program itu akan mengurai halangan yang selama ini dialami start-up dalam mengembangkan bisnis. "Kami akan memberikan dukungan agar program Karya Merah Putih memberikan dampak positif optimal kepada para pelaku industri kreatif berbasis digital serta bisa menciptakan level of playing field yang setara," ujar Chairman Group Recapital tersebut.

Teknologi finansial
Selain pemerintah, Bank DBS pun peduli terhadap kemajuan start-up. Setelah membuka pendaftaran untuk DBS Accelerator, bank asal Singapura tersebut segera menggelar pelatihan gelombang pertama bagi start-up yang bergerak di bidang teknologi finansial di seluruh Asia dalam waktu dekat. Pelatihan akan berlangsung di The Vault, kompleks seluas 5.000 meter persegi di Kota Wan Chai, Hong Kong. Start-up yang berpartisipasi akan memiliki kesempatan mengeksplorasi peluang kolaboratif bersama Bank DBS, akses ke sumber daya serta dukungan mentor, dan dipandu untuk meningkatkan pertumbuhan juga perkembangan bisnis.

Program DBS Accelerator bekerja sama dengan sejumlah pelaku industri terkemuka, seperti IBM, Thomson Reuters, dan HKUST Business School. "Cara baru yang dinamis ini bertujuan meningkatkan manajemen risiko, keamanan siber, dan digital customer journey, serta kesempatan menerapkan teknologi blockchain dan cryptocurrency, membantu bank-bank melakukan transformasi melalui inovasi teknologi finansial. Kami sangat antusias dan berkomitmen mendorong kemajuan masa depan teknologi finansial," tutur CEO Bank DBS Sebastian Paredes.

Pendaftaran DBS Accelerator yang bekerja sama dengan Nest itu akan dibuka sepanjang tahun dan akan dibagi dalam beberapa gelombang. CEO Nest Lawrence Morgan mengatakan program ini akan membuat industri tersebut semakin tanggap terhadap kebutuhan konsumen yang selalu berubah dengan cepat.

(S-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya