Headline

Konsistensi penegakan hukum perlindungan anak masih jadi tantangan

Fokus

Di Indonesia, cukai rokok sulit sekali naik, apalagi pada tahun politik.

Ayo Berburu Karya Nusantara

Ghani Nurcahyadi
21/7/2017 01:01
Ayo Berburu Karya Nusantara
(MI/ADAM DWI)

HESTIANA, 42 dengan sigap mengitari sejumlah stan yang menyebar di area Assembly Hall, Jakarta Convention Centre, Jakarta. Tak berhenti lama di stan yang disinggahinya, kakinya dengan lincah berpindah dari stan penjual batik ke penjual kerajinan perhiasan tubuh dan kembali ke stan batik. Ajang Indonesia Fashion & Craft 2017 yang sedang berlangsung di JCC mulai Rabu (19/7) hingga Minggu (23/7) memang menjadi 'surga' bagi ibu dua anak yang menggemari sejumlah karya etnik Nusantara itu, mulai kain batik, tenun, hingga kerajinan tangan lainnya. Meski tidak menyiapkan bujet khusus untuk berbelanja di IFC 2017, Hestiana mengaku lebih selektif memilih barang.

"Untuk kain batik, saya pilih yang batik tulis bukan yang semitulis atau cap. Untuk kerajinan tangan, saya juga cari yang asli pahatan Indonesia karena ada beberapa kerajinan yang sekarang dirakit di luar negeri, baru dijual kembali ke Indonesia. Padahal, menggunakan bahan baku dari Indonesia," kata dia kepada Media Indonesia. Edisi kedelapan IFC 2017 kali ini, menurut GM Debindo Multi Adhiswasti, Rizal Adiputra, sebagai penyelenggara, diikuti lebih sedikit peserta jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu disebabkan ajang IFC 2017 bersamaan dengan pertemuan Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) yang dihelat di area lain JCC.

Alhasil, banyak pemerintah daerah yang tidak ambil bagian membuka gerai di IFC 2017. Meski demikian, perhelatan IFC 2017 tidak kalah glamor dengan hadirnya stan milik 25 desainer pakaian etnik Indonesia seperti Ghea Panggabean, Itang Yunasz, Rizal Rais, Adji Notonegoro, Ida Leman, dan Fery Daud. Di IFC 2017, tak sedikit desain terbaru yang dipamerkan, seperti Itang Yunasz yang memamerkan koleksi terbaru model Kabana. "Ada diskon khusus bagi pembeli koleksi terbaru Itang Yunasz selama pameran, yaitu diskon 10% dari harga normal. Bahkan, kalau beli hingga beberapa koleksi, bisa mendapatkan diskon tambahan, jadi diskonnya progresif tergantung jumlah pakaian yang dibeli," jelas Nita, penjaga stan milik Itang Yunasz yang berada di area luar Assembly Hall JCC.

Desainer lokal
Bukan hanya desainer kenamaan yang memamerkan hasil karyanya. Sejumlah desainer lokal juga ikut memamerkan hasil karya di ajang yang ditargetkan bisa menarik hingga 22 ribu pengunjung dalam lima hari penyelenggaraan tersebut. Salah satunya ialah Iwan Handoko yang memamerkan batik asal Sragen dengan stan bernama Batik Lintang Asia. Iwan yang di kampungnya biasa dipanggil Bejo itu merupakan perajin asal Sentra Batik Masaran, Sragen, Jawa Tengah. Ia tidak menargetkan jumlah penjualan tertentu dalam ajang IFC kali ini. Bejo hanya ingin Batik Sragen bisa makin dikenal masyarakat Indonesia setara dengan Batik Solo dan Yogyakarta serta Pekalongan yang saat ini lebih dikenal masyarakat.

Duta Etnik 2017, Ayu Azhari, juga mengimbau masyarakat Ibu Kota penggemar kain dan kerajinan etnik untuk datang ke IFC 2017. "Seluruh Nusantara memamerkan karyanya di sini. Ini peluang yang bagus untuk mengenal hasil karya seni Nusantara. Tidak perlu jauh-jauh pergi ke daerah asalnya. Apalagi kita tahu juga kan beberapa karya Nusantara juga ada yang dipamerkan di ajang internasional," kata dia. Selain produk fesyen, di IFC terdapat sejumlah produk kerajinan berbentuk tas, batu alam, mutiara, karpet, dan aksesori lainnya. Selain itu, ada peragaan busana dan diskusi yang dilangsungkan di tengah pameran. (S-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya