Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
MENAWARKAN bisnis yang biasa-biasa saja kini tidak lagi menjadi pilihan. Untuk bersaing di kancah global diperlukan pelaku bisnis kreatif atau creativepreneur. Di Indonesia, creativepreneur makin banyak yang melebarkan target pasarnya ke luar negeri. Mereka membawa ide-ide baru yang inovatif dan berkualitas. Terdapat tiga creativepreneur Indonesia yang kemudian diundang menjadi narasumber di Big Circle episode 15 yang tayang pada Minggu 9 Juli 2017 pukul 19.30 WIB.
Mereka ialah Kevin Mintaraga (Founder Bridestory), Abie Abdillah (Founder Studio Hiji), dan Kevin Osmond (Founder Printerous). Ketiganya seperti biasa akan dipandu Andy F Noya bersama Tantri Moerdopo yang juga akan berdiskusi bersama para narasumber. Kali ini mereka didampingi mentor Veronica Colondam (Sociopreneur) dan Danton Sihombing (Brand Consultant), yang akan memberikan banyak insight kepada narasumber. Tamu yang pertama ialah Kevin Mintaraga. Bridestory mengembangkan konsep menginspirasi, memiliki banyak akal, dan bisa dipercaya.
Itu merupakan sebuah marketplace dari pengalaman pribadi Kevin Mintaraga, yang kala itu kesulitan mencari penyedia jasa bagi pernikahan impiannya. Melalui Bridestory, Kevin berusaha menghubungkan vendor pernikahan dengan calon pengantin lewat website maupun aplikasi. Sejak 2 tahun silam, Bridestory telah menggandeng sekitar 25 ribu vendor terdaftar dari 70 negara. Bridestory menawarkan 30 kategori vendor yang berbeda, para calon pengantin pun dimanjakan memilih venue, katering, wedding dress, hingga layanan unik.
Tak pelak, pengakses layanan Bridestory mencapai angka 600 ribu per bulan. Sebanyak 90%-nya berasal dari Asia Tenggara. Untuk memanjakan calon pengantin, Bridestory menambahkan fitur baru bernama Hilda, yaitu semacam asisten pribadi untuk merekomendasi vendor hingga mempertemukan langsung vendor pilihan dengan calon pengantin.
Menjaga kualitas
Untuk menjaga kualitas jasa di Bridestory, Kevin menyiapkan pasukan kurator vendor di situsnya. Adapun demi menarik para vendor ke situsnya, dirinya menyiapkan model bisnis freemium, alias menggratiskan di muka untuk merasakan berbagai fitur Bridestory. Ketika vendor join for free, kemudian akan diberikan 10 poin kredit kepada mereka. Setiap poin kredit tersebut akan terpotong tiap kali mereka mendapat inquiries dari calon penganten melalui Bridestory.
Jika kreditnya habis, mereka pun diwajibkan untuk subscribe. Dengan demikian, mereka akan mendapat unlimited inquiries. Hal ini disebabkan mereka tidak dapat menerima inquiries lagi dari Bridestory bila kehabisan kredit. Kevin mengaku bahwa metode menggratiskan vendor yang ingin bergabung di Bridesoty ini akan terus berjalan, dan bukan bersifat sementara atau hanya untuk promo semata. Mereka yang modenya masih freemium serta yang masih merupakan startup akan diberikan saran untuk berbisnis, seperti bagaimana membuat promosi yang baik, bagaimana cara membalas e-mail konsumer, dan lain-lain, melalui e-newsletter yang dikirimkan melalui e-mail subscription maupun artikel yang selalu di-update diblog mereka.
Dari manakah Kevin mendapatkan profit? Ia mendapat profit dari premium listing vendor-vendor di Bridestory, yang mana harga premium listing untuk setahun bisa mencapai sekitar Rp1 juta-Rp50 juta/vendor, tergantung kategori serta lokasi vendor itu sendiri. Dari total vendor yang bergabung dengan Bridestory sejauh ini, 20% diantaranya ialah vendor berbayar. Ke depannya, angka ini tentu akan terus tumbuh. Kevin telah meraih penghargaan, yakni Entrepreneur Award dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan EY Young Entrepreneur of The Year 2013 dari Ernst & Young Indonesia. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved