Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
HAMPIR separuh pengguna layanan internet telepon genggam (mobile browser) di Indonesia mengaku tidak puas dengan fitur berselancar internet standar (default browser) yang ada di telepon pintar mereka. Penyebab utamanya ialah kecepatan browser yang lambat, konsumsi data yang tinggi, dan sering terjadi crash (gagal memuat halaman).
Hal itu terungkap dalam survei yang dilakukan Opera bertajuk Mobile Browser Satisfaction Index di enam kota besar di Indonesia, yaitu Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Survei dilakukan untuk mengetahui lebih lanjut kebiasaan berselancar para pengguna telepon pintar (smartphone) di Indonesia serta perilaku penggunaan internet pada perangkat mereka.
Dari survei diketahui, hanya 10% responden yang menggunakan default browser pada smartphone yang dimiliki. Sisanya lebih memilih menggunakan browser pihak ketiga untuk mendapatkan kenyamanan saat mengakses internet. Growth Director of Asia Opera Software Ivollex Hodiny mengatakan alasan utamanya ialah mencari kemudahan dalam penggunaan dan akses internet.
"Memilih browser yang bagus sangat penting bagi mereka mengingat hampir 2/3 responden dalam survei ini mengakses browser pada smartphone mereka lebih dari delapan kali dalam sehari," kata Hodiny. Pria lebih banyak menggunakan browser delapan kali sehari jika dibandingkan wanita dengan perbandingan 71% dan 59%.
Hasil survei Opera juga menegaskan laporan We Are Social 2017 yang dirilis Januari lalu. Laporan tersebut menyebutkan pengguna internet Indonesia menghabiskan hampir empat jam dalam sehari untuk menjelajah internet menggunakan browser mereka. Indonesia masuk di 10 besar negara teratas yang memghabiskan waktu berselancar internet terbanyak.
Beda
Pakar telekomunikasi Heru Sutadi punya pendapat beda. Menurutnya, pengguna default browser yang sudah langsung tersedia dalam smartphone masih lebih dominan jika dibandingkan pengguna browser dari pihak ketiga.
Ia berdalih default browser yang tersedia sebagai fitur dasar dalam smartphone lebih mudah dan cepat digunakan. Browser pihak ketiga masih harus terlebih dahulu diunduh (download) agar tersedia dalam smartphone. Yang pasti, pengunduhan itu berbayar selain menghabiskan paket data.
"Default browser memang lebih enak digunakan karena pengguna hanya bermodalkan paket data dan tinggal menekan aplikasi yang tersedia. Namun, banyak pengguna smartphone yang juga menggunakan browser pihak ketiga dalam susunan aplikasi," kata Heru kepada Media Indonesia, kemarin (Minggu, 28/5). Browser pihak ketiga disiapkan sebagai altermatif bila default browser yang tersedia mengalami gagal fungsi.
Faktor keamanan juga menjadi pertimbangan. Banyak browser pihak ketiga yang tidak langsung menghubungkan browser dengan layanan lain, seperti e-mail atau akun media sosial pengguna smartphone dengan tetap menjamin keamanan pengguna saat berselancar di dunia maya.
"Meskipun demikian, pengguna smartphone harus hati-hati karena saat ini ada browser nakal yang meminta banyak notifikasi ketika berinternet. Ini yang berbahaya karena data pribadi bisa diakses," tandas Heru. (S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved