Headline

Banyak pihak menyoroti dana program MBG yang masuk alokasi anggaran pendidikan 2026.

Indonesia Manfaatkan KTT OBOR Tarik Investasi

Fetry Wuryasti
12/5/2017 01:45
Indonesia Manfaatkan KTT OBOR Tarik Investasi
(epala BKPM Thomas Trikasih Lembong. MI/Galih Pradipta)

PEMERINTAH tengah menyiapkan skema investasi terpadu untuk ditawarkan kepada para investor yang hadir pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) One Belt One Road (OBOR) di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok, pada 14-15 Mei 2017. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong mengatakan, dalam menjaring investasi khususnya pada program infrastruktur besar seperti OBOR tersebut, perlu adanya satu visi terpadu dan kerja sama antarkementerian serta lembaga secara baik.

"Kita bicara dimensi seperti apa sekarang. Saya pribadi merasa memang harus menerobos ke skala yang puluhan miliar dolar," kata Thomas di Jakarta, Rabu (10/5).
KTT OBOR merupakan program pertemuan infrastruktur terbesar di dunia. Thomas yang kerap disapa Tom itu mengatakan OBOR merupakan program infrastruktur terbesar di dunia untuk generasi saat ini. Diperkirakan, total pendanaan dari OBOR tersebut mencapai US$300 miliar-US$500 miliar dalam kurun 10 tahun ke depan.

Potensi pendanaan sebesar itu belum sepenuhnya bisa dimanfaatkan Indonesia. Tercatat, porsi yang diterima Indonesia terbilang sangat kecil, baru pada kisaran US$5 miliar-US$6 miliar atau sekitar Rp66 triliun-Rp80 triliun. Adapun porsi yang diambil Pakistan mencapai US$62 miliar, setara dengan Rp828 triliun, Filipina sebesar US$24 miliar atau Rp320 triliun, dan Malaysia sebesar US$30 miliar atau Rp400 triliun.

"Presiden Xi Jinping pertama kali mengumumkan OBOR di Jakarta pada 2013, jadi sangat ironis bahwa malah kita ketinggalan dalam totalitas OBOR ini. Memang ini murni salah pendekatan sejauh ini. Kita memang kurang terintegrasi, kurang proaktif untuk menggali. Ini tentunya suatu hal yang ingin kita benahi segera," tandas Tom.

Jaga pertumbuhan
Saat berbicara dalam pertemuan Asian Development Bank (ADB) di Yokohama pekan lalu, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan Indonesia memiliki peluang lebih cepat untuk menjadi negara maju daripada India. Syaratnya ialah Indonesia mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% setiap tahun konstan hingga di atas 2035. Karena itu, agar bisa menjaga pertumbuhan ekonomi di angka 5%, Indonesia harus bisa menangani potensi gangguan krisis global dan krisis internal.

"Stabilitas politik Indonesia tidak bisa dihilangkan. Itu jualan utama Indonesia tarik investasi dari luar negeri," ujar Bambang. Indonesia juga harus beralih kepada perekonomian berbasis investasi. Pada pertumbuhan triwulan I kemarin sebesar 5,01%, konsumsi masih bertahan meski juga pertumbuhan terdorong oleh ekspor. "Kalau investasi kuat, pertumbuhan akan lebih cepat dan stabil. Itu yang dialami Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi mereka 10% atau lebih selama hampir 20 tahun karena daya dorong investasi. Baru sekarang pertumbuhan ekonomi mereka didorong konsumsi dan menjadi hanya 6%-7%. Sebab, investasi mereka sudah jenuh. Sementara itu Indonesia masih punya ruang mendorong investasi sebagai sumber pertumbuhan supaya lebih cepat," tandasnya. (Ant/E-1).



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya