Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Pertumbuhan Ekonomi Meningkat pada Semester II

Anastasia Arvirianty
29/4/2017 06:10
Pertumbuhan Ekonomi Meningkat pada Semester II
(MI/Ramdani)

BANK Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2017 akan berada di angka 5,2% year on year/yoy) meskipun pada paruh pertama tahun ini laju perekonomian masih terhambat oleh konsolidasi untuk perbaikan kinerja korporasi dan perbankan.

"Di triwulan I dan II tidak terlalu tinggi, tapi di triwulan III dan IV akan lebih baik," kata Gubernur BI Agus Martowardojo di Jakarta, Jumat (28/4).

Menurut Agus, di triwulan I 2017, pertumbuhan ekonomi belum optimal karena konsolidasi yang masih berjalan untuk perbaikan kinerja korporasi dan perbankan ialah imbas dari perlambatan ekonomi sepanjang 2016.

Itu terjadi karena kontribusi swasta dan perbankan belum optimal serta laju konsumsi domestik di triwulan I 2017 tidak sesuai dengan ekspektasi BI.

Sebelumnya, BI memproyeksi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 berada di bawah angka 5,05%.

Bank Sentral memandang bahwa nantinya pada kuartal III dan IV tahun ini, pertumbuhan ekonomi akan berada di atas 5,2%.

Hal itu yang akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 5,2%.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,1% pada kuartal I 2017 dan akan bergerak di 5,2% hingga 5,4% (yoy) untuk keseluruhan tahun.

GWM Averaging

Penerapan perhitungan rata-rata Giro Wajib Minimum Primer (GWM-P Averaging) pada Juli 2017 diklaim dapat mengurangi risiko kesulitan likuiditas bagi perbankan di tengah masih derasnya tekanan ekonomi global, yang mampu menyebabkan arus dana keluar.

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo di Jakarta, kemarin, mengatakan, dengan GWM Averaging, bank dapat menyisihkan sebagian GWM mereka untuk ditempatkan di instrumen keuangan lain dengan bunga yang lebih tinggi.

Komponen GWM-Primer yang dihitung secara rata-rata juga dapat menjadi fasilitas likuiditas tambahan bagi bank untuk meningkatkan penyaluran kredit.

Saat GWM Averaging belum berlaku, perbankan akan masuk ke Pasar Uang Antar-Bank (PUAB), sebagai salah satu sumber dana saat membutuhkan likuiditas.

"Dengan ada yang dihitung secara rata-rata, bank tidak perlu terlalu sering ke masuk ke Pasar Uang dan meminjam dana," ujar dia.

Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pengaruh kebijakan itu pada likuiditas perbankan tidak terlalu signifikan meski cukup membantu.

"Memang tidak signifikan, tetapi (likuiditas) bisa diatur dengan lebih fleksibel, sebab pelonggaran ini bukan permanen untuk mencegah Pasar Uang Antar-Bank (PUAB) naik tinggi saat diperlukan," ujar Jahja.

Hal senada juga disampaikan Direktur Keuangan dan Treasury BTN Iman Nugroho Soeko.

Ia mengatakan, "Tidak terlalu signifikan, tetapi cukup menolong. Artinya, untuk satu atau dua hari kami bisa membiarkan GWM di bawah 6,5% dan di hari-hari berikutnya bisa kami lebihkan sehingga rata-ratanya di atas 6,5%." (Ant/E-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Msyaifullah
Berita Lainnya