Headline
Presiden Prabowo berupaya melindungi nasib pekerja.
Laporan itu merupakan indikasi lemahnya budaya ilmiah unggul pada kalangan dosen di perguruan tinggi Indonesia.
MENTERI Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman menginstruksikan Kepala Badan Karantina Pertanian untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap pengakuan sistem keamanan pangan dan penetapan registrasi laboratorium negara-negara Eropa.
Hal itu merupakan respons atas tindakan parlemen Eropa yang mendiskreditkan sawit asal Indonesia.
Mentan Amran mengatakan pihaknya bisa mempertimbangkan pencabutan pengakuan atau penetapan bila dari hasil evaluasi atau pemantauan spesifik ditemukan ketidaksesuaian terhadap persyaratan.
Untuk komoditas impor, pemerintah Indonesia akan meninjau ulang pemasukan buah dan komoditas lain termasuk susu, obat hewan, dan makanan hewan dari Prancis.
Pemerintah meninjau ulang pemasukan buah dari Prancis yang merupakan inang Ceratitis capitata.
Buah tersebut antara lain apel, anggur, jeruk, pir, plump, persik, dan apricot.
Terkait dengan peninjauan ulang itu, Indonesia meminta Uni Eropa memberikan laporan tentang implementasi zona perlindungan (protected zone) terhadap negara-negara di Uni Eropa yang terancam dan telah dilaporkan adanya Ceratiti scapitata, antara lain Bulgaria, Bosnia Herzegovina, Kroasia, dan Yunani.
"Apabila laporan status sistem perlindungan tersebut tidak dapat dibuktikan Eropa, Indonesia akan mengambil langkah untuk melakukan penghentian importasi produk sejenis dari negara-negara tersebut," kata Menteri Amran dalam keterangan tertulisnya.
Kementan juga mencatat bahwa nilai ekspor sawit ke Eropa hanya 21,77% dari total volume ekspor sawit Indonesia yang mencapai 32,5 juta ton dengan nilai US$17,360 miliar.
Berdasarkan data Pusat Data dan Informasi Kementerian Pertanian pada 2015, sawit Indonesia diekspor ke 139 negara.
India pada urutan pertama mengimpor sawit Indonesia yakni sebanyak 5,89 juta ton dengan nilai US$3,345 miliar.
Tiongkok berada di urutan kedua dengan impor 4,493 juta ton dengan nilai US$2,526 miliar.
Yang ketiga ialah Belanda dengan volume 3,167 juta ton, atau senilai US$1,043 miliar.
Secara keseluruhan, nilai ekspor sawit ke negara-negara di Benua Eropa sebesar US$3,3 miliar dengan volume 7,084 juta ton.
"Dengan fakta bahwa Eropa bukan pasar terbesar sawit Indonesia, pemerintah tidak khawatir terhadap pasar sawit Indonesia. India, Tiongkok, Pakistan, dan negara-negara Asia Tengah lainnya merupakan pasar yang potensial untuk sawit Indonesia," tandas Menteri Amran.
Hal yang juga perlu diketahui ialah Eropa saat ini sudah sangat bergantung pada sawit Indonesia untuk menjalankan program Biodiesel 20 (B20).
Tercatat, untuk program tersebut mereka membutuhkan total 7 juta ton minyak sawit dan 3 juta ton dari Indonesia tiap tahun.
Pasar Argentina
Produk minyak kelapa sawit Indonesia laris di pasar Argentina.
Hal tersebut diungkapkan Duta Besar RI untuk Argentina Jonny Sinaga saat bertemu dengan pimpinan Castoroil SA., perusahan importir dan distributor minyak kelapa sawit asal Indonesia di Argentina.
"Minyak kelapa sawit di Argentina kerap digunakan sebagai bahan dasar pembuatan makanan dan bahan kosmetik," kata Dubes Jonny Sinaga, seperti dilansir laman resmi Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Rabu (12/4). (Ant/E-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved