Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
GEJOLAK harga kebutuhan bahan pokok yang rutin terjadi menjelang Ramadan, Lebaran, Natal, dan Tahun Baru harus diredam dengan kebijakan komprehensif. Sinkronisasi data antarlembaga/kementerian terkait menjadi kunci stabilisasi harga di luar kebijakan impor yang hanya menjadi solusi sementara.
"Cara paling tepat untuk impor demi mengatasi gejolak harga pangan ialah dengan menyamakan data pangan di Kementerian Pertanian (Kementan), Kementerian Perdagangan (Kemendag), dan Badan Pusat Statistik (BPS)," ujar pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Ina Primiana, kepada Media Indonesia, kemarin.
Selama ini selisih data antara kebutuhan dan pasokan tidak pernah terbuka, dan tiba-tiba selalu terjadi impor berlebih. "Kita itu punya problem di data, Kementan, Kemendag, dan BPS mesti melihat apakah benar produksi selama ini memenuhi," tutur Ina.
Pemerintah, imbuhnya, harus menyamakan data tersebut agar impor benar-benar memenuhi defisit pasokan dan mencegah gejolak harga saja. "Jangan selalu mengandalkan impor, nanti upaya swasembada pangan sulit terwujud," pungkasnya.
Saat dihubungi secara terpisah, Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan, Karyanto Suprih, mengungkapkan pihaknya baru merencanakan impor daging dan sapi saja. "Impor yang sudah disetujui Menko Perekonomian ialah 250 sapi bakalan untuk Lebaran nanti. Dalam pengajuan izin," terang Karyanto.
Pihaknya pun sudah memberi lampu hijau masuknya 10 ribu ton daging sapi yang akan diimpor PT Berdikari secara bertahap, dengan 5.000 ton di tahap pertama.
"Evaluasinya 1-2 bulan setelah impor akan dilihat cukup atau tidak, berpengaruh atau tidak. Jika kurang, akan impor kembali 5.000 ton sisanya," ujar Karyanto.
Menurutnya, dengan impor tersebut diharapkan harga daging sapi di pasaran bisa berada di kisaran target Presiden Joko Widodo, yakni Rp80 ribu per kilogram.
Pihaknya belum merencanakan impor bahan kebutuhan pokok lainnya. "Saat ini Ditjen Perdagangan Dalam Negeri masih memantau harga di pasar. Jika stok kurang, akan dipertimbangkan impor," tandasnya.
Sebelumnya, Kepala Divisi Pemasaran Perum Bulog, Subali Agung Gunawan, menyebutkan stok beras nasional saat ini masih mencukupi, mencapai 1,9 juta ton. "Kebutuhan rastra jelang hari raya tidak berbeda dengan penyaluran rutin bulanan, 300 ribu ton.
"Wakil Ketua Umum Bidang Perdagangan Kadin, Benny Soetrisno, berharap pemerintah tidak bersikap tertutup dan membatasi importasi bila memang pasokan kurang. "Kenaikan harga itu normal dan memacu suplai. Penjualan di kuartal I 2016 turun, kami harapkan di kuartal II saat puasa bisa naik, pangan ataupun pakaian."
Merangkak naik
Kenaikan harga bahan pokok terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air menjelang bulan suci Ramadan. "Harga bawang merah dari Rp45 ribu menjadi Rp50 ribu per kilogram (kg), kacang tanah dari Rp22 ribu menjadi Rp24 ribu per kg, gula dari Rp12 ribu menjadi Rp14 ribu per kg," kata Roy, 43, salah seorang pedagang di Pasar Pembangunan Pangkalpinang, Bangka Belitung.
Sementara harga daging ayam masih stabil, yakni Rp28 ribu per kg. "Mungkin H-7 puasa baru naik," tukas Rahmat, pedagang ayam di Pasar Pagi Pangkalpinang.
Di Pasar Induk Kasih, Kupang, Nusa Tenggara Timur, harga bawang merah mulai merangkak naik dari Rp25 ribu menjadi Rp28 ribu per kg. Harga telur, daging sapi, dan daging ayam masih normal. (Dro/PO/RF/E-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved