KITA sering mengucapkan kata 'akal'. Apa sebenarnya akal itu?
Kalau dari segi bahasa aslinya, ‘akal’ itu artinya penghalang, tali, pengikat. Dia juga berarti penjara, karena dia menghalangi tawanan keluar. Dia juga berarti benteng, karena dia menghalangi musuh masuk ke tempat kita.
Dia juga 'aqilah', istri, karena istri itu terikat dengan suaminya dan terhalangi untuk menikah lagi selama dalam kehidupan rumah tangga bersama seorang pria. Dia juga dinamai hafalan, karena hafalan itu mengikat ingatan kita.
Akal paling tidak ada dua macam. Ada berupa daya pikir, inilah yang menghasilkan pengetahuan. Tapi wilayahnya sangat terbatas dan dia bisa letih.
Wilayahnya terbatas sehingga tidak mencakup metafisika. Tidak mencakup ketuhanan. Dia tidak berkaitan erat dengan moral. Karena itu, akal dalam arti daya pikir harus dibimbing oleh wahyu.
Akal yang kedua ialah akal pendorong menuju kebaikan dan pemahaman. Dia yang mendorong Anda untuk melakukan kebaikan. Dia yang menghalangi Anda terjerumus dalam kesalahan dan kedurhakaan.
Ada orang yang memiliki daya pikir yang tinggi, tetapi justru dia menggunakan daya akal pikirnya ini untuk melakukan pelanggaran.
Tetapi kalau dia mempunyai akal yang dalam istilah agama akal yang mendorong dan menghalangi kejahatan, maka orang-orang itu dengan daya pikirnya serta dengan daya pendorongnya ini akan selalu berada dalam kebenaran dan kebaikan.
Mari kita memahami akal dalam pengertiannya yang benar. Mari kita menggunakannya pada wilayah kerja masing-masing dan mari kita meningkatkannya sehingga kita semakin terdorong untuk melakukan kebaikan dan terhindar dari kejahatan. Semoga kita berhasil. (H-1)