Menapaki Jalan yang Lurus

SETIAP menjalankan salat, kita wajib membaca surah Al-Fatihah. Salah satu ayat di surat itu mengandung permohonan kepada Allah, yakni yang bunyinya ihdinas siraatal mustaqiim. Lantas apa sebenarnya yang dimaksud dari siraatal mustaqiim?

Siraat itu selalu mengandung kebenaran dan bersumber dari yang mahabenar. Itu bedanya dengan kata sabil dan sabilillah. Kata itu bisa bersifat tunggal dan bisa pula bersifat jamak plural. Ada yang dinisbahkan kepada Tuhan, tapi ada juga yang dinisbahkan kepada yang buruk, jalannya orang-orang berdosa. Sementara itu, siraat itu hanya satu dan berumber dari Tuhan, sedangkan sabil bisa bersumber dari yang jahat.

Dalam bahasa, siraat memiliki arti jalan yang lebar. Kata siraat memiliki makna benderang, begitu lebar sehingga jalan itu bagaikan menelan para pejalannya.

Di siraat itu bisa berjalan banyak orang, beragam orang. Tapi Alquran mengisyaratkan bahwa siraat itu diantar oleh jalan-jalan yang penuh kedamaian. Jadi, semua jalan kecil juga, selama bercirikan kedamaian akan mengantarkan Anda ke siraat.

Karenanya, kita tidak perlu bertengkar karena jalan kita menuju Tuhan itu lebar. Kita bisa berbeda-beda meskipun kita telah masuk ke siraat. Kita harus mohonkan ihdinas siraatal mustaqiim.

Di sini kita tidak menggunakan kata ila, karena itu hanya sekadar memberi tahu. Tapi kalau tanpa ila, itu akan mengantar kepada yang kita mohonkan.

Ya, Allah, jangan cuma tunjuki kami jalan yang benar, lurus, dan lebar, tapi antar kami ke sana. Semoga kita bisa diantar oleh Allah SWT menuju siraatal mustaqiim. (Ata/H-3)