MENJAMURNYA bisnis kedai kopi justru memberikan ide usaha lain pada Redha Taufik Ardias. Ia melihat potensi bisnis kedai teh.
"Saya mulai usaha teh pada 2018," ungkap lelaki berusia 31 tahun tersebut saat menjadi bintang tamu Kick Andy episode Jadi Petani? Why Not! yang tayang hari ini.
Lelaki bergelar sarjana Psikologi Universitas Indonesia itu sebelumnya memulai berkarier sebagai konsultan bisnis dan merek. Di usia 25 tahun itu, kariernya sudah cukup bagus dan bahkan kemudian menjadi manajer brand dan produk di salah satu perusahaan teh.
Ia pun sukses membuat inovasi dengan memberi berbagai varian rasa pada produk teh yang dijual. Dengan cara itu pula, kuantitas teh asli tidak perlu banyak.
Namun, saat berkunjung ke salah satu kebun teh, ia mendapat sentilan yang mengubah pandangannya. "(Para petani teh) wajahnya suram, kusam. Sampai ada satu petani yang nanya, 'Bapak kenapa tega sih sama kami?' Aku karena enggak tahu, jadi jawabnya, ‘Hah?’, gitu. Terus petani (melanjutkan), ‘Bapak tahu enggak berapa yang kami dapat dari berapa yang Bapak ambil’. Di situ baru hidayahnya dapat,” katanya.
Redha baru menyadari jika pendapatan pemetik teh amat kecil karena teh tidak menjadi minuman yang dihargai. "Ternyata bagaimana upah yang kurang bagus di pemetik teh, itu adalah karena kita minum teh yang sebenarnya bukan teh. Jadi, kayak teh itu kurang diapresiasi," lanjutnya.
Dari situlah, berhenti dari pekerjaan dan kemudian berkolaborasi dengan salah seorang mentor alumni IPB untuk merintis usaha teh artisan bernama Sila yang mulai dipasarkan pada 2018. Sila berangkat dari bahasa Sansekerta yang artinya prinsip moral, dasar, komitmen, dan juga berasal dari kata silaturahim.
Pembeda produk teh Sila dengan produk teh lainnya, yaitu ada campuran tanaman herbal, seperti melati, jahe, sereh, lemon, jeruk, mint, dan kayu manis. Redha memulai bisnis itu dengan tabungan sendiri dan dibantu modal pinjaman dari orangtua.
Ia pun mendapat pendampingan dari Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pariwisata, hingga Kementerian Industri. Untuk penyerapan petani membuat Sila didorong untuk ekspor dan tentunya tetap fokus pada pemasaran di dalam negeri.
"Awalnya itu kami omzet per tahun Rp300 juta, sekarang alhamdulillah omzetnya per tahun Rp 2 miliar," tutur Redha.
Pada 2022, Redha juga mendaftar dan lolos dalam program petani milenial. Bertahan dengan prinsip-prinsip yang ia pegang, Redha bersama Sila telah menyelesaikan renovasi Rumah Teh Indonesia sebagai galeri inovasi dan edukasi yang diresmikan Dewan Teh Indonesia.
Di pasar nasional, produknya sudah laris di Medan, Padang, Bengkulu, Jabodetabek, Bandung, Yogyakarta, Cirebon, Semarang, Bali, Makassar, hingga Manado. Sementara itu, di luar negeri, teh Sila menembus pasar Amerika, Kanada, Turki, Malaysia, Australia, Austria, dan Inggris. Saat ini Redha juga telah bermitra dengan 20 petani dan perkebunan teh.