Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Menerka Kelanjutan Waralaba The Matrix

Fathurrozak
28/12/2021 20:00
Menerka Kelanjutan Waralaba The Matrix
Neo dan Trinity di The Matrix Resurrections.(Dok. Warner Bros.)

THE Matrix Resurrections yang tayang sejak 22 Desember 2021 bisa diartikan banyak hal. Film ke-4 dalam waralaba The Matrix ini, di satu sisi, memang cukup mengobati kerinduan akan aksi Keanu Reeves memerankan Thomas Anderson atau Neo. Plus, film ini juga menghadirkan lagi romansa Neo dengan Trinity (Carrie-Anne Moss).

Bukan sekadar soal kekuatan cinta dan kepercayaan, plot kisah keduanya ternyata mematahkan mitologi Neo sebagai The Choosen One. 

Kejutan-kejutan yang dihadirkan dalam film yang berjarak 18 tahun dari seri sebelumnya (The Matrix Revolutions) tidak hanya itu. Tidak pula hanya dengan karakter-karakter baru, baik dari sisi para pejuang Resistance (kelompok manusia bebas), seperti Seq (Toby Onwumere) dan Bugs (Jessica Henwick), maupun dari sisi Machines dengan hadirnya The Analyst (Neil Patrick Harris). 

Kejutan, termasuk dengan adaptasi teknologi terkini dan ironi-ironi era digital dan gim telah ada
sejak awal dan ikut membangun plot. Contohnya adalah dengan Neo yang menjalani dunia ilusinya
sebagai pembuat gim trilogy The Matrix yang sekaligus menjadi semi-autobiografinya. Letup-letup kesadaran Neo akan segera dipatahkan sebagai kambuhnya penyakit kejiwaan oleh The Analyst yang hadir di dunia ilusi itu sebagai psikiaternya. 

Sutradara Lana Wachowski juga memberi gagasan baru dengan mendekonstruksi polarisasi karakter protagonis-antagonis. Agen Smith (kini diperankan  Jonathan Groff) dibuat menjadi ‘lebih bersahabat'.

Morpheus baru (Yahya Abdul Mateen II) juga diartikan dan dikemas berbeda dari trilogi sebelumnya.
Bukan saja ia merupakan sebuah program, dalam beberapa kesempatan karakter Morpheus menyerupai seorang agen.

Masih belum usai, Resurrections juga menampilkan konsep baru kehidupan yang
diperjuangkan Resistance. Kali ini bukan lagi manusia melawan mesin. 


Kemungkinan kelanjutan 
Pada akhirnya, dengan plot dan berbagai twistnya, Resurrections merupakan film waralaba yang membiarkan spekulasi kelanjutannya terbuka lebar. Walaupun spekulasi itu juga sangat buram karena untuk melahirkan Resurrections pun, Warner Bros. butuh waktu lama. 

Mereka harus membujuk Wachowski bersaudara guna membuka kembali hak kekayaan intelektual Matrix. Ambisi Warner Bros. ini pun dihadirkan sebagai bahan lawakan di Resurrections. 

Terkait dengan kelanjutan The Matrix, Oktober lalu, CEO Warner, Ann Sarnoff menyatakan siap produksi jika Lana Wachowski menghendakinya. Meski begitu, Lana telah menyatakan jika Resurrections bukan bagian dari trilogi baru The Matrix.

Dengan kekuatan modalnya, Warner Bros. bisa saja melanjutkan ambisi meski bukan Wachowski bersaudara yang berada di belakang layar. Kemungkinan ini bisa tejadi jika kita berkaca pada George Lucas dan Star Warsnya bersama Disney. 

Selain trilogi 1999-2003, The Matrix juga pernah punya produk The Animatrix, antologi sembilan
animasi pendek dengan cerita latar belakang trilogi filmnya. Maka kemungkinan pengembangan produk
lain seperti sempalan juga serial, juga sangat memungkinkan di masa mendatang. Bahkan, peluang mengikuti tren pahlawan perempuan pun sangat terbuka dengan mengangkat Trinity sebagai tokoh sentral.

Sebagai produk hiburan tentu sah-sah saja jika suatu studio berekspansi atas kekayaan
intelektualnya seperti halnya Disney atau Marvel. Di sisi lain, keberhasilan waralaba bukan semata faktor modal. 

Penguatan struktur plot hingga relevansinya dengan kehidupan termasuk arah perkembangan teknologi, ikut menjadi faktor penentu. Terlebih lagi, bagi waralaba panjang, menghadirkan 'jembatan' plot di film teranyar butuh keahlian tersendiri.

Berkaca pada Resurrections, bahkan 'jembatan' yang dikemas sebagai anekdot pun masih terasa membosankan meski memang jelas menjabarkan gagasan barunya. Namun, di sisi-sisi lainnya banyak latar cerita terasa kedodoran, salah satunya soal karakter Smith yang dibuat lebih bersahabat. Dengan begitu tanpa plot yang lebih kuat sekaligus segar, perpanjangan kisah Neo justru bisa jadi boomerang bagi sejarah kesuksesan waralaba ini sendiri. (M-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Bintang Krisanti
Berita Lainnya