Headline
Senjata ketiga pemerataan kesejahteraan diluncurkan.
Tarif impor 19% membuat harga barang Indonesia jadi lebih mahal di AS.
BERBICARA dengan para pehobi atau pelaku street dance, berbagai istilah asing kerap terdengar. Ada yang menggunakan istilah break dance untuk merujuk pada kegiatan yang dilakukan, tetapi ada yang cukup menggunakan istilah breaking. Sementara itu, pelakunya disebut break boy/Bboy dan Bgirls.
“Kalau yang benar memang istilah kegiatannya breaking, pelakunya BBoy. Kalau break dance memang dari media massa, ada kata dance-nya,” terang Pendiri BBoyindo.com, Hamdi Fabas, terpisah.
Ia menjelaskan, breaking ialah salah satu dari empat elemen hiphop, yakni MC (rapper), DJ (disc jockey), breaking (Bboy), dan grafiti. Keempat elemen itulah yang membentuk kultur hiphop.
Dari yang awalnya kerap dianggap sebagai kegiatan tidak berguna, breaking telah berkembang hingga menjadi sportainment (sport-entertainment) yang cukup menjanjikan. Beberapa ajang olahraga telah memasukkan breaking menjadi salah satu cabang yang dipertandingkan, salah satunya di SEA Games 2019 yang bakal dihelat di Filipina.
“Sudah masuk ke jalur rekreasi dan prestasi. Jadi, mereka sudah masuk ke ranah akademis, ranah prestasi menjadi atlet. Jadi, sekarang arahnya sudah menjadi sportainment. Jadi, kalau sportainment itu ada dari segi bisnisnya juga. Bisa menopang kelanjutan komunitas ini,” tambah Hamdi.
Breaking ternyata muncul dari sebuah gerakan kultural di Amerika, tepatnya di Bronx, New York. Gerakan itu dimunculkan oleh Dj Kool Herc pada era 1970-an. Gerakan itu mulanya dipraktekkan saat lagu berada dalam bagian yang hanya terdengar dentuman bit atau drum yang disebut break. Saat itu juga mulai adanya pertarungan breaking yang disebut battle secara personal maupun kelompok.
“Karena sebenarnya break itu istilah musik. Bagian break itu yang ditarikan,” tambahnya.
Sementara itu, di Indonesia, breaking sebenarnya mulai dikenal pada akhir 1970-an. Perkembangan itu tidak telalu terasa hingga pada 1980-an muncullah film berjudul Let’s Dance. Film itu ditengarai sebagai pemicu meledaknya breaking di Indonesia.
“Tahun 1970-an akhir sudah masuk. Tapi booming-nya gara-gara film Let’s Dance di 1980-an. Saat itu memang anak-anak yang pulang-pergi ke Amerika untuk sekolah,” tambah Hamdi.
Tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa breaking ialah orang yang hanya melakukan gerakan-gerakan akrobatik. Padahal, breaking memiliki tradisi dan dasar-dasar seperti halnya dance lain. Bedanya, para pelakunya bebas berkreasi. Selain itu, breaking mempunyai dua unsur yang mensyaratkan agar bisa dilabeli bagian dari kultur hiphop, yakni rasa dan teknik. “Terutama kultur itu ada nilai seninya, ada nilai maksud dan tujuan, setiap gerakan itu ada namanya,” pungkas Hamdi. (Zuq/M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved