Headline
Rakyat menengah bawah bakal kian terpinggirkan.
INDONESIA diprediksi mengalami ledakan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) atau dikenal dengan istilah bonus demografi pada 2020-2030 mendatang. Keberhasilan untuk menghadapi tantangan tersebut sangat ditentukan oleh kesiapan kelompok penduduk usia anak (0-18 tahun) yang ada saat ini.
Namun ironisnya, sejumlah persoalan yang dialami anak-anak Indonesia sekarang ini masih menjadi momok bagi keberlangsungan hidup masyarakat di Tanah Air.
Ini bisa dilihat dari masalah kesehatan anak akibat kekurangan gizi yang kemudian dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan anak yang menyimpang dari standar.
Padahal, Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek beberapa kali kerap mengatakan masa depan suatu bangsa sangat tergantung pada keberhasilan anak dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara optimal. Jika pertumbuhan dan perkembangan anak tidak optimal, justru bakal menjadi ancaman di masa depan.
“Anak-anak adalah aset yang harus kita jaga. Kita introspeksi apakah generasi ke depan bisa betul-betul menjadi generasi yang sehat dan berkualitas atau tidak,” ungkap Menkes saat membuka Diskusi Nasional bertemakan Kurang gizi terselubung menuai generasi hilang-bagaimana peran perempuan Indonesia, di Jakarta, Rabu (27/7).
Akan tetapi, Nila menjelaskan, yang terjadi saat ini Indonesia belum benar-benar terbebas dari masalah kesehatan anak. Terlihat dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, misalnya menunjukkan prevalensi kurang gizi dan pendek (stunting) di Indonesia yang masih tinggi, yaitu masing-masing 19,6% dan 37,2%.
“Ini menunjukkan kualitas kesehatan anak-anak kita perlu ditingkatkan agar prevalensi tersebut menurun,” kata Menkes.
Oleh karena itu, jelas Menkes, dalam rangka momentum memperingati Hari Anak Nasional (HAN) 2016, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengajak seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan kualitas kesehatan anak, antara lain melalui kegiatan talkshow, dialog nasional, serta kampanye anak sehat.
“Kita bisa jadikan ini sebagai momentum untuk bersama-sama mengatasi masalah kesehatan anak agar ke depan tidak ada lagi kasus anak kurang gizi ataupun kelebihan gizi,” ucap Menkes.
Pasalnya, lanjut Menkes, Indonesia saat ini juga tengah mengalami apa yang disebut dengan double burden dalam dunia gizi. Double burden yang dimaksud di sini ialah pada satu sisi angka obesitas terus meningkat, tetapi sisi lain kecenderungan anak yang menderita kurang gizi juga kerap tinggi.
Menurut Nila, masalah gizi itu dapat dipengaruhi secara langsung oleh konsumsi makanan dan penyakit infeksi. Akan tetapi, tidak jarang juga disebabkan pengaruh dari luar, seperti pola asuh, ketersediaan dan konsumsi pangan beragam, sosial ekonomi, budaya, dan politik.
“Jika hal itu tidak segera diatasi tentunya bisa berdampak pada upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang,” tutur dia.
Sebagai salah satu solusinya, ungkap Menkes, pemerintah saat ini telah memasukkan perbaikan gizi ke dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) 2015-2019. Kemudian, diperkuat Peraturan Presiden No 42/2013 yang mencantumkan gerakan nasional percepatan perbaikan gizi dalam rangka 1000 hari pertama kehidupan (Gerakan 1000 HKP).
Defisiensi gizi
Direktur Kesehatan Keluarga Kemenkes Eni Gustina menyampaikan potensi genetik seseorang dapat menentukan kualitas kesehatan seseorang. Meski begitu, perlu diperhatikan juga masalah kekurangan gizi, termasuk gizi mikro yang bisa mengganggu kualitas tumbuh kembang anak.
“Defisiensi zat gizi mikro dalam jangka yang lama, selain meningkatkan angka kesakitan serta kematian, juga bisa memengaruhi gangguan serius pada tumbuh kembang anak,” tukasnya.
Terkait dengan masalah zat gizi mikro tersebut, Eni mengakui Indonesia sudah bisa mengontrol kasus-kasus kekurangan vitamin A dan gangguan akibat kekurangan iodium. Namun, dalam mengatasi persoalan anemia gizi besi, pemerintah masih perlu bekerja keras.
Menurut Eni, tantangan cukup besar terdapat pada kasus ibu hamil yang menderita anemia gizi besi. Di Indonesia, cakupan kebutuhan ibu hamil dalam mengonsumsi tablet penambah darah terbilang rendah, yakni 33,2% pada 2013.
Hasil Riskesdas pada tahun yang sama juga menyebutkan masalah anemia gizi besi pada ibu hamil mempunyai prevalensi yang masih tinggi, yaitu 37,1%. Begitu pula, prevalensi anemia pada anak balita cukup tinggi, yakni sebesar 28,1%.
“Tugas kita bersama untuk menjamin kesehatan anak mulai sejak dalam kandungan hingga proses tumbuh kembangnya demi masa depan bangsa,” pungkas Eni. (Puput Mutiara/S-25)
Ketua DPRD DKI Jakarta, Khoirudin, menegaskan komitmen terhadap pengembangan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Ikatan Keluarga Dewan (IKD) DPRD DKI Jakarta menggelar berbagai perlombaan di Rumah Dinas Ketua DPRD DKI Jakarta
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rany Mauliani, mendukung Pemprov DKI Jakarta mempercepat transformasi digital di sektor perdagangan tradisional
Pemprov DKI Jakarta berkomitmen pembenahan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rany Mauliani, mengapresiasi Program Pemutihan Ijazah yang tertahan atau tertunda
Komisi A DPRD DKI Jakarta mengusulkan agar sebidang lahan milik PT. Billymoon tetap dimanfaatkan oleh warga RW 10 dan masyarakat Pondok Kelapa
DPRD DKI Jakarta mengapresiasi langkah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) DKI Jakarta yang siap berkolaborasi mendukung pertumbuhan ekonomi
Para anggota DPRD DKI Jakarta menjadi peserta fashion show yang diselenggarakan Sekretariat DPRD DKI Jakarta
DPRD DKI Jakarta bersama Pemerintah Provinsi DKI menyepakati besaran nilai Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike, kembali ambil bagian dalam Turnamen Bulu Tangkis DPRD DKI Jakarta Cup yang digelar oleh Sekretariat DPRD DKI Jakarta.
Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Drs. H. Khoirudin memberikan pesan di HUT ke-80 RI
Chemi, seorang pria muda penuh semangat dan berjiwa sosial tinggi, tiba-tiba harus mengalami hal yang tidak diinginkan.
PFI menyelenggarakan FIFest 2025 sebagai upaya mendorong transformasi sosial berbasis budaya filantropi.
Berikut petikan wawancara jurnalis Media Indonesia, Mohamad Farhan Zhuhri, dengan Direktur Utama Perumda Pembangunan Sarana Jaya Andira Reoputra
Divisi Humas Polri bekerjasama dengan Media Indonesia menggelar Pelatihan Penulisan Berita dan Artikel yang diikuti perwakilan Humas Polda seluruh Indonesia.
Hewan kurban ini berasal dari unit-unit usaha Media Group seperti Metro TV, Media Indonesia, Indocater, dan Pangansari Utama
Pengamat Timur Tengah, Faisal Assegaf, berbagi pengalaman dramatisnya selama 100 jam ditahan oleh pasukan Kurdi di Suriah pada April 2025.
Pelatihan ini merupakan wadah bagi para anggota polri untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuan dalam menjalankan tugas-tugas Humas Polri.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved