29/5/2016 01:47

Menghunus tanpa Melukai

BERTAMENG ransel untuk menutupi perutnya, Andrean Wangsa berusaha menghindari serangan pedang kakaknya. Keseruan kakak beradik itulah yang kemudian mendorong Andrean tertarik pada olahraga anggar. Kini, dua tahun berlalu, Andrean sudah bukan lagi sekadar sasaran latihan sang kakak, melainkan sudah menjadi pehobi anggar yang cukup tekun. Kepada Media Indonesia, Kamis (26/5), pemuda 16 tahun itu menilai anggar sebagai olahraga yang seru.

"Anggar itu fi ghting sport yang tidak perlu kekerasan dan lebih technical. Jadi, kalau cedera pun karena kesalahan sendiri, paling kalau kena lawan cuma sedikit memar di badan karena terkena pe dang," ujar pria yang berlatih di Aliansi Indonesia Fencing Club (AIFC) ini. Jika sesi latihan AIFC yang berlangsung Selasa (24/5) di Gelora Bung Karno, Jakarta, dilihat, banyak anak muda berbagai usia yang juga seperti Andrean. Mereka menjadikan anggar sebagai hobi. Beberapa di antara mereka juga ada yang kemudian berpikir untuk lebih serius dan menjajal sebagai atlet. Inilah yang sekarang sedang dijalani Shafi ra Nadia Reynara, gadis berusia 12 tahun.

Hari itu, meski mendapat lawan yang berusia lebih tua, Nadia tampak tetap percaya diri memainkan pedang jenis foil. "Latihan anggar sudah sekitar satu setengah tahun lalu. Awalnya karena sering ikut dan lihat ayah tanding saja, terus jadi ingin coba," ujar putri dari mantan atlet anggar DKI, Indriawan. Indriawan sendiri mengaku tidak mengira kegemarannya akan menurun ke sang anak. Namun, tekad Nadia terbukti dari keseriusannya berlatih dua kali seminggu dengan tiap sesi selama 3 jam. Melihat itupun Indriawan mendukung anaknya menjadi atlet yang kini tengah dipersiapkan mengikuti Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja.

Mental dan fisik
Lama menekuni anggar, Indriawan menilai banyak manfaat yang bisa diberikan olahraga itu kepada anak-anak. Pria yang juga melatih anggar di beberapa sekolah tingkat SD sampai SMA ini menuturkan olahraga yang berasal dari Spanyol di abad ke-14 ini dapat membuat anak fi t sekaligus kuat mental.

Hal serupa dikatakan pelatih lainnya di AIFC, Aisyah Elizabeth. Meski terlihat cukup mudah, bermain anggar sebenarnya menguras banyak tenaga. Selain itu, pemain harus memiliki otot pergelangan tangan, kaki, dan paha yang kuat. "Untuk jenis pedang foil dan saber, kita harus memegang layaknya menjepit pegangan tersebut dan dipaksa mengayuhkan pedang ke pihak lawan dan juga menjaga diri kita agar tidak tertusuk," ujar Aisyah. Sebab itu pula, sesi latihan anggar mencakup juga sesi latihan fi sik.

"Biasa latihan yang paling sering itu adalah latihan lompat kodok. Karena latihan seperti itu akan melatih kekuatan dan kecepatan kaki saat hendak melakukan posisi setengah berdiri dan berdiri secara penuh," sambung Aisyah. Jika fisik dapat dilatih di luar arena tarung, soal mental memang baru terasah dengan makin banyak bertarung. Memang, melihat pedang diayunkan lawan dan terhunus ke arah kita sudah cukup membangkitkan adrenalin sekaligus menggetarkan kepercayaan diri. Situasi pun makin menantang karena selain harus dapat bertahan, pemain harus juga sigap mencari celah untuk menyerang.

"Positifnya sangat banyak dari olahraga anggar, apalagi kalau dilatih sejak kecil. Karena orang tersebut akan secara otomatis terlatih selain fi sik juga konsentrasi, fokus, serta kesabaran," tambah Aisyah. Sementara itu, bagi Andrean, komunitas anggar yang tidak terlalu besar juga menciptakan tantangan nyali. Prestasi maupun kelemahan dalam bermain akan cepat tersebar dan diketahui lawan.

Di sisi lain, kentalnya komunitas anggar sesungguhnya juga menciptakan kondisi kekeluargaan yang bisa mendukung pemain. Sebab itu, Anda yang tertarik tidak perlu ragu untuk mencoba. Aisyah juga mengatakan bahwa tidak memerlukan waktu yang lama untuk bisa menguasai teknik-teknik dasar bermain anggar. Dengan latihan rutin tiga kali seminggu, umumnya teknik itu sudah bisa dikuasai dalam waktu tiga bulan. (M-3)

Baca Juga

Video Lainnya