13/3/2016 06:00

Tentang Displin yang Penuh Seni

Dengan gerakan yang menuntut disiplin, konsentrasi dan kepercayaan diri, wushu pun makin jadi pilihan olahraga untuk anak.

"LAOSHI, Ni Hao? Laoshi, Ni Hao?," kalimat itu berulang meluncur dari bibir bocah-bocah usia 6 sampai 12 tahun. Dalam bahasa Indonesia, sapaan akrab Mandarin itu berarti, "Guru, apa kabar?".

Anak-anak itu bukan berkumpul di sekolah atau tempat kursus bahasa, melainkan pelatihan seni beladiri Sasana Rajawali Sakti.

Berlokasi di salah satu pusat perbelanjaan di Kelapa Gading, Jakarta Utara, sasana itu mengajarkan Sasana itu mengajarkan banyak seni beladiri Mandarin, salah satunya adalah Wushu.

Seperti terlihat, Jumat (4/3) itu, banyak murid Rajawali Sakti berusia belia. Salah dari mereka adalah Ivana Beatrice yang berusia 10 tahun. Meski berpostur kecil, kemampuan Ivana tidak remeh. Bocah penuh semangat itu sudah mahir meliukkan tubuh dan melakukan berbagai gerakan dengan baik.

"Udah belajar Wushu dari umur enam tahun," ucap Ivana kepada Media Indonesia.

Telah empat tahun belajar Wushu, Ivana cekatan melakukan berbagai atraksi Taolu yang berarti bentuk atau gaya dengan beatraksi menggunakan tangan kosong, pedang, golok, tombak dan toya. Kegemarannya pada olahraga semakin membuat mudah Ivana untuk mempraktekan berbagai gaya dalam Taolu.

"Hobi aku memang olahraga. Jadi awalnya itu belajar di taman deket rumah. Terus disuruh mama pindah ke sini buat latihan," sambungnya.

Mulai 5 Tahun
Pemilik sekaligus pelatih utama sasana tersebut, Herman Wijaya menilai bahwa wushu memang cocok untuk anak-anak. "Banyak manfaat yang bisa didapat dari belajar Wushu. Salah satu manfaat yang bisa didapat adalah sifat disiplin, kepercayaan diri dan konsentrasi yang lebih tinggi," tutur mantan atlet wushu nasional itu.

Meski begitu Herman mengungkapkan bahwa ada usia ideal bagi anak mulai belajar. "Biasa start awal belajar Wushu itu berumur lima tahun, karena jika dibawah lima tahun itu masih sulit mengerti dan diatur. Dan untuk pemula, biasanya mereka akan terlebih dahulu belajar Taoulu karena badannya yang masih lentur dan mudah diatur," tambah pria 37 tahun itu.

Wushu juga dapat membantu kemampuan anak di sekolah. Seperti, Ivana yang mendapat nilai baik untuk pelajaran olahraga.

Dengan kepercayaan diri yang terpompa, gadis ceria itu juga kerap diminta guru di sekolah untuk memimpin sesi pemanasan.

Tiga Jenis
Wushu, menurut Herman, terbagi dalam tiga jenis yakni Taolu, Sanda dan Tradisional. Selain minat masing-masing, umur juga menjadi penentu seseorang untuk memilih aliran yang ditekuni.

Taolu cocok untuk anak-anak berusia enam sampai 15 tahun. Pasalnya, jenis Wushu ini lebih banyak memamerkan atraksi seni pertunjukan dengan menggunakan tangan kosong serta berbagai senjata yang tentunya membutuhkan kelenturan tubuh.

"Biasa kalau masih anak-anak sampai remaja lebih diarahkan ke Taolu ini. Namun biasanya kalau sudah menginjak umur 15 tahun keatas, untuk yang laki-laki lebih memilih ke Sanda karena badan sudah kaku dan Sanda lebih ke arah fighting dan kekuatan fisik," ujar Herman.

Sementara itu, untuk tahapan selanjutnya yakni Tradisional sudah merupakan pemusatan ilmu bela diri seperti Wing Chun, Shaolin, hingga Taichi.

"Nah untuk yang tahapan Tradisional ini biasanya sudah pilihan. Tergantung seseorang itu mau meneruskan belajar beladiri yang mana," sambung Herman.

Untuk bisa menguasai teknik-teknik dasar dalam seni bela diri Wushu, pemula butuh berlatih dengan rutin selama kurun waktu sekitar lima tahun dengan durasi latihan sebanyak dua kali dalam satu minggu.

"Cukup lama memang, karena Wushu itu dibutuhkan badan yang lentur seperti balet. Nah untuk membuat badan lentur itu tidaklah mudah dan butuh waktu yang cukup lama," pungkas Herman. (M-3)

Baca Juga

Video Lainnya