Headline

Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.

Fokus

Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.

05/2/2017 06:00

Menaklukkan Jeram Progo

Abu Hanifah, 33, turun dari perahu karet dengan napas terengah engah. Ia bersama lima teman setimnya baru saja berhasil melewati jeram-jeram dan bebatuan yang ada di Sungai Progo, Kecamatan Mingir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Alhamdulillah masuk semifinal. Masih ada dua sprint lagi," kata Abu yang merupakan Kapten Tim Putra Arung Jeram DKI Jakarta tersebut. Sabtu (28/1) itu memang babak penyisihan Kejuaraan Nasional Arung Jeram XX 2017.

Tidak hanya untuk tim putra, kejuaraan tersebut juga membuka nomor bagi tim putri. Pertarungan menaklukkan jeram berlangsung seru dan bukan cuma soal gengsi gelar juara.

Ajang tersebut terlihat juga menjadi sarana menyebarluaskan hobi arung jeram. Mereka yang sebenarnya masih kategori pemula pun tidak ragu ambil bagian.

Contohnya ialah Oktaviani dari Tim Sumatra Barat dan Faradilla dari Tim DIY. "Saya suka tantangan. Melewati jeram-jeram sangat menyenangkan," kata Oktaviani yang merupakan ketua tim. Baru berlatih beberapa bulan sebelum ekshibisi Pekan Olahraga Nasional (PON) 2016, kini ia sudah mahir melakukan berbagai teknik kayuhan.

Sementara Faradilla mengungkapkan masih sedikitnya atlet perempuan di olahraga ini menjadi daya tarik tersendiri untuk berburu prestasi. "Potensi untuk dapat menjadi juara dalam lomba arung jeram lebih besar karena sedikitnya persaingan yang dihadapi. Alasan ini juga yang membuat saya terjun sebagai atlet," ujar perempuan yang aktif di mahasiswa pecinta alam ini.
Meski persaingan di kelas putri tidak seketat kelas putra, pertarungan sama-sama mendebarkan. Ini terutama karena Sungai Progo memiliki banyak jeram menantang.

Dalam lomba yang menempuh jarak total 14 km itu, salah satu jeram yang dilalui berjenis double drop atau jeram terjun besar dan berurutan. Jika tidak menggunakan teknik kayuhan yang tepat, perahu akan tertarik terus ke jeram alias tidak bisa maju.

"Tingkat kesulitan jeram di Sungai Progo tersebut sesuai dengan standar perlombaan arung jeram internasional, ada yang 3 dan 4," kata Cahyo Alkantana, Ketua Panitia Kejurnas Arung Jeram XX 2017.
Jeram-jeram itu ditaklukkan dalam empat nomor perlombaan, yakni sprint dan head to head yang mengutamakan kecepatan mendayung, slalom yang mempertandingkan kemahiran melewati rintangan berupa gawang, serta down river race yang menguji kecepatan mendayung jarak jauh.

Wisata

Pangestu Widiatmoko, Wakil Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI), melengkapi selain untuk prestasi, arung jeram umumnya juga menjadi wahana wisata minat khusus. Keduanya berada di bawah naungan FAJI.

"Arung jeram untuk wisata lebih mengutamakan kesenanga bagi para pesertanya, sedangkan untuk prestasi lebih memperhatikan derajat kesulitan sungai, jarak yang harus ditempuh, kecepatan, dan rintangan-rintangan yang harus dilalui," kata dia.

Menurut dia, potensi mengembangkan arung jeram di Indonesia sangat besar karena memiliki sungai-sungai dengan jeram-jeram yang menantang. Buktinya, Indonesia pernah menjadi tuan rumah kejuaraan arung jeram internasional, baik tingkat Asia maupin dunia.

Olahraga arung jeram juga semakin diminati masyarakat. "Sejak berdiri 1996, FAJI kini telah memiliki 25 kepengurusan di tingkat provinsi," kata dia.

Arung jeram pun semakin memasyarakat. Olahraga ini tidak sekadar untuk prestasi, tetapi juga sekaligus menjadi sarana wisata untuk bersenang-senang dan memacu adrenalin. (M-3)

Baca Juga

Video Lainnya