14/2/2016 07:30

Para Penantang Jeram

Zen

SETENGAH badan Novel Ilyas telah duduk di dalam perahu mungil yang hampir seluruh permukaannya tertutup. Lubang tempatnya duduk pun telah rapat ditutup karet lebar yang juga menyambung ke pinggangnya.

Di bagian Sungai Cianten, Ciampea, Bogor, yang mulai dalam, Novel kemudian mengolengkan perahunya ke kanan dan kiri. Tiba-tiba, blup, ia sengaja membalikkan perahu hingga bagian atas tubuh seluruhnya tenggelam. Secepat kilat ia lalu membalik lagi ke atas. Itulah teknik roll (berguling) yang wajib dilakukan saat pemanasan sebelum bermain kayak. Dua orang rekan Novel, Hadi Noviati dan Emil Rizki, yang Minggu (7/2) itu ikut berkayak, juga melakukan hal serupa.

Setelah pemanasan itu ditambah pemanasan di darat yang sebelumnya telah mereka lakukan, barulah tiga sekawan itu 'mengakrabi' jeram.

"Pemanasan ini berguna sebagai simulasi sebelum menghadapi medan sebenarnya," jelas Novel. Pria berusia 42 tahun itu merupakan Ketua Kayak Jabodetabek Klub (Kajak). Meski jelas mahir, tahapan pemanasan itu tidak pernah ia lewati.

Dengan bentuk yang kecil menyempit, kayak memang perahu yang sensitif dan mudah hilang keseimbangan alias terbalik. Dalam kondisi itu, tubuh pemain kayak (kayaker) akan berada di dalam air dan sangat mungkin terseret bersama kayak. Di sinilah kemampuan rolling sangat penting atau kayaker akan lama berada dalam kondisi susah napas.

Meski begitu, bukan berarti risiko itu menjadi hambatan yang membuat olahraga kayak dihindari. Justru sensivitas perahu kayak menjadi tantangan yang menarik, selain menembus jeram itu sendiri. Terlebih, masih ada solusi lain jika rolling tidak juga berhasil.

"Ketika kayak terbalik yang paling penting percaya diri, tenang, dan tidak panik. Kalau tidak bisa roll, secepatnya lakukan wet exit" terang Hadi yang akrab dipanggil Pilun.

Pria yang juga instruktur di perusahaan wisata jeram C-aventure itu menjelaskan wet exit ialah istilah saat kayaker berada di dalam air dan keluar dari kayak dengan melepas karet yang terkait ke pinggangnya dan ke lubang tempat duduk. Karet yang dikenakan mirip rok dan mencegah air masuk ke kayak ini disebut spraydeck.

Berbekal ketenangan, kepercayaan diri, dan tentunya kemampuan yang terlatih hampir pasti, jeram-jeram bisa dilalui dengan mulus. Hingga di ujung sungai, yang terasa ialah kepuasan berikut adrenalin yang terpompa. Seperti itu pulalah yang didapat setelah 1,5 jam mereka bergumul sepanjang 7 km di sungai itu.

Namun, bagi Novel, kelebihan berkayak tidak hanya berhenti di situ. Berkayak ibarat latihan pendewasaan diri karena menghadapi medan membutuhkan kekuatan mental, fisik, dan motivasi diri. Di sisi lain, kekuatan bukan berarti emosi yang membuncah. Mendahulukan nekat justru bisa berakibat fatal.

"Kenyataannya, kayaker mampu mengambil keputusan cepat dan tepat," tambah Novel soal karakter diri yang terasah berkat berkayak. Ia dan para anggota komunitas juga harus rutin berlatih karena lama-lama teknik dan kemampuan bisa luntur.

Sekolah kayak

Namun, bukan berarti persiapan berkayak cukup dengan segala tahapan pemanasan dan ketersediaan alat. Untuk bisa berkayak, tiap orang harus sudah dinyatakan lulus dari sekolah kayak.

Syarat ini didasari risiko olahraga tersebut, apalagi jenis kayak whitewater yang dilakukan di sungai. Adanya bebatuan besar dan pusaran air harus disikapi dengan pelatihan yang matang.

Meski dinamakan sekolah, program pelatihan ini umumnya hanya beberapa hari. Sekolah kayak yang digelar Kajak, misalnya, bisa berlangsung selama tiga hari dan terbuka untuk siapa saja yang telah berusia 13 tahun ke atas dan bisa berenang.

Selama program, peserta akan diajari materi dasar kayak, seperti teknik membalik kayak, manuver, berbagai teknik mendayung, dan berbagai jenis pusaran di balik batu (eddie). Selain itu, setiap sebelum berkayak, para kayaker terbiasa mempelajari medan dengan survei terlebih dulu.

Soal perahu, yang umum digunakan ialah creekboats dan playboat. Lantaran lebih mungil, playboat lebih berfungsi akrobat dan freestyle.

Saat ini Kajak Jabodetabek yang berdiri sejak Mei 2015 beranggota 18 orang yang berasal dari berbagai macam profesi dan kelompok umur serta jenjang keahlian. Penasihat dalam komunitas ini, termasuk sosok yang dikenal sebagai master kayak Indonesia, ialah Toto Triwindarto. Ia menimba ilmu kayak hingga ke Kanada dan Selandia Baru.

Misi lingkungan dan penyelamatan

Tidak sekadar bersenang-senang, Kajak juga punya misi membangkitkan kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat yang berdiam dekat aliran sungai. Mereka kerap melakukan penanaman pohon dan pembersihan di sungai tempat mereka beraktivitas.

Alasannya sederhana. "Semakin banyak orang main di sungai, orang akan lebih malu untuk membuang sampah ketika kondisi banyak yang beraktivitas di sungai," terang Novel.

Ia mencontohkan di Sungai Citarik dibuat jadwal rutin pengambilan sampah warga sehingga mereka tidak lagi membuang sampah di sungai. Penyebab ada warga yang membuang kotoran di sungai ialah tidak mempunyai WC. Karena itu, dibuatlah jamban. Dengan kondisi bersih, sungai-sungai Indonesia akan menjadi destinasi wisata.

Selain itu, bersama dengan C-Aventure, Kajak mendukung pengembangan olahraga kayak untuk kebutuhan resque. "Kita independen, tapi sekarang ini bekerja sama dengan C-Aventure karena mereka punya misi resque. Kita mendampingi," tukas Novel. (M-3)

Baca Juga

Video Lainnya