18/12/2016 23:00

Malam Kolaborasi Pegiat Budaya

Akhir bulan lalu, sebagai acara puncak dari program Pegiat Budaya 2016 di Auckland, Selandia Baru, para peserta menggelar Indonesia Culture Performance. Acara dilakukan di marae milik Auckland University of Technology (AUT). Marae sendiri merupakan tempat berkumpul yang disakralkan suku Maori, suku asli Selandia Baru.

Dalam acara tersebut, para peserta program yang berasal dari berbagai disiplin seni melakukan kolaborasi untuk menunjukkan kepada khalayak Selandia Baru, harmoni dalam keragaman di Tanah Air.

Pertunjukan dibuka sekitar pukul 17.30 waktu New Zealand. Dengan latar belakang yang dibuat kelompok perupa, penonton yang berasal dari kalangan AUT, seniman Selandia Baru, serta masyarakat Indonesia yang sedang di Auckland, disuguhi tari Haka. Tari yang merupakan tari khas suku Maori.

Yang unik, para penari mengenakan kostum sejumlah tari tradisional Indonesia sehingga penampilan mereka tampak semarak.

Pembukaan dari tim tari kemudian diikuti oleh pegiat bidang sejarah dan pengarsipan yang melakukan monolog kebangsaan, sebagai gong dimulainya malam seni budaya itu.

Tidak hanya tari, kelompok teater juga turut meramaikan panggung dengan 'soliloquy' yang mempertanyakan identitas dan multikultur warga dunia.

Di penghujung acara, kelompok musik menghangatkan suasana dengan memainkan alat-alat musik khas nusantara, seperti tifa, fuu, atau sekasas. Kemudian disambung koor para pegiat budaya menyanyikan 'Indonesia Pusaka'.

Namun, sajian tersebut ternyata bukan pengakhir malam. Tidak lama setelah itu, musisi tradisional Maori Jerome Kavanagh tampil ke depan panggung dan berkolaborasi dengan seluruh performer dari delegasi Pegiat Budaya. Dalam kolaborasinya, Kavanagh pun memainkan sejumlah alat musik khas Maori, termasuk pu yang bentuknya fuu.

Baca Juga

Video Lainnya