Headline
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
PPATK sebut pemblokiran rekening dormant untuk lindungi nasabah.
Pendidikan kedokteran Indonesia harus beradaptasi dengan dinamika zaman.
MASIH ingat dengan perkataan kenapa harus bayar mahal bila ada yang sama dengan harga yang lebih murah?
Mungkin itu yang bisa menggambarkan tren perangkat lunak (software) open source belakangan.
Berdasarkan survei Black Duck Software dan North Bridge pada 2015, sekitar 78% bisnis menjalankan sebagian atau keseluruhan operasional perangkat lunaknya dengan yang open source. Angka itu meningkat signifikan dari hanya 42% di 2010.
Sebenarnya apa yang mendorong tren migrasi perusahaan ke perangkat lunak open source?
Menurut Julyanto Sutandang selaku CEO PT Equnix Business Solutions, pergeseran itu tidak terlepas dari makin pahamnya masyarakat soal perangkat lunak open source.
Mitos-mitos terkait dengan open source pun mulai terjelaskan.
"Kalau dulu karena perusahaan tidak paham soal open source, selama mereka punya uang ya jadinya memilih yang berbayar saja," kata dia ketika ditemui Media Indonesia di Jakarta, Rabu (19/7).
Itu termasuk mitos open source pasti tidak aman.
Perusahaan lokal penyedia jasa solusi teknologi informasi (TI) berbasis software open source itu menawarkan Postgre SQL, sistem database open source yang relasional berorientasi objek atau object relational database management system (ORDBMS).
Postgre SQL merupakan konsep database relasional yang dicetuskan ilmuwan IBM Edgar F Codd pada 1969 dan terus dikembangkan ilmuwan-ilmuwan lain hingga diluncurkan sebagai software open source pada 1996. Sementara itu, perangkat lunak sistem database berbayar yang dikenal adalah Oracle.
Sebagai catatan, semua bisnis finansial lazimnya menggunakan ORDBMS. Tidak mengherankan jika banyak klien dari Equnix yang menggunakan Postgre SQL ialah perusahaan-perusahaan terkait dengan finansial. Mereka di antaranya BCA, Bank Mandiri, Bank Danamon, BJB, Bank Resona Perdania, Adira Finance, XL Axiata, dan Transmart Carrefour.
Bayangkan, perbankan besar mulai menggunakan perangkat lunak open source.
Padahal, umumnya sektor itu memiliki kehati-hatian yang tinggi karena risiko dari keteledoran atau kegagalan sistem bisa berujung pada kerugian materi yang tidak sedikit.
Keunggulan
Meski open source, Postgre SQL dirancang sebagai sistem database kelas enterprise. Alhasil, sistemnya mampu memenuhi beban kerja tinggi organisasi dan bisnis skala menengah ke atas.
Inilah keunggulan yang membuatnya dilirik perusahaan-perusahaan besar.
Dari segi performa, dia memadai untuk kelas enterprise karena bisa memberikan performa tinggi.
Dalam bidang online transaction processing (OLTP), contohnya, dengan spesifikasi perangkat keras yang sama, Postgre SQL bisa memberi performa tujuh kali lebih cepat ketimbang sistem database populer.
Dari segi keamanan data, Postgre SQL dikenal sebagai database yang aman karena menggunakan password yang rumit juga terenkripsi.
Dia juga dilengkapi dengan fungsi pemulihan otomatis yang akan memulihkan sistem secara otomatis manakala terjadi crash.
Selayaknya software open source, Postgre SQL lebih fleksibel.
Perusahaan bisa menggunakan dan memodifikasi perangkat lunak itu sesuai dengan kebutuhan karena ada akses terhadap source code yang terbuka. Akses yang tidak ada bila menggunakan software closed source.
Chief Technology Officer True Money Anton Herutomo, yang ditemui di kesempatan yang sama, membagikan pengalamannya menggunakan Postgre SQL.
Dia mengungkapkan, sebagai startup yang berada dalam korporasi yang mencari keuntungan, pihaknya memiliki anggaran amat terbatas.
Kendala itu yang mendorongnya menggunakan open source yang tersedia gratis.
Meski begitu, mereka menggunakan jasa Equnix untuk memberikan pelatihan terutama untuk migrasi database.
"Hasilnya, kita bisa menghemat banyak storage," ungkapnya.
Tadinya dia memprediksi membutuhkan 250 terabyte, setelah pakai Postgre SQL hanya perlu 25 terabyte.
Kecepatannya bisa 3 sampai 5 kali lebih cepat ketimbang menggunakan software berbayar.
Selain itu, jumlah server yang dibutuhkan lebih sedikit, dari empat menjadi satu saja.
Anton mengaku suka peranti ini karena fleksibel dari segi dukungan ketika ada masalah.
Ini lantaran ada banyak komunitas yang bisa menjadi tempat bertanya. Komunitas ini juga kerap mengadakan pertemuan dengan pakar, konsultasi, dan berbagi pengalaman atau solusi bisa dilakukan secara tatap muka.
"Kalau software yang berbayar, terbatas prosedur, kita harus masuk call center atau hanya di layar lewat e-mail," keluhnya.
Postgre SQL, lanjut Julyanto, hadir sebagai gerakan protes terhadap software berbayar.
Dia lahir dari riset akademik, banyak melibatkan mahasiswa, jadi perangkat lunaknya gratis. Dengan begitu, komunitas penggunanya biasanya bersifat lebih terbuka dalam berbagi solusi.
Jika perusahaan ingin migrasi database ke Postgre SQL, lazimnya hanya perlu membayar biaya pelatihan dan maintenance ke perusahaan yang menawarkan jasa seperti Equnix.
Di Equnix, contohnya, pelatihan selama lima hari tarifnya berkisar Rp125 juta.
Lalu untuk maintenance, tarifnya ratusan juta, tidak sampai miliaran.
Padahal, software sistem database berbayar yang populer memungut biaya lisensi sebesar US$22.500 per core.
Bila perusahaan membutuhkan 36 core untuk menjalankan sistem database-nya, butuh modal membeli lisensi Rp10.925 miliar. Ditambah lagi, setiap fitur-fiturnya berbayar.
Meski kini memiliki anggaran yang cukup, Anton mengaku tetap memilih software itu.
Toh dengan pengeluaran lebih rendah, kualitas dan performanya jauh lebih tinggi.
"Tuning bisa dilakukan sampai level paling dalam, bahkan hardware tuning," jelas Julyanto. Makanya proses maintenance pun bisa holistis, mencakup optimalisasi perangkat keras dan perangkat lunaknya.
Bagi perusahaan yang menggunakan jasa maintenance mereka, Equnix mengumpulkan data secara rutin setiap tiga bulan.
Secara proaktif, mereka akan menawarkan berbagai solusi ke kliennya soal apa-apa saja yang performanya bisa ditingkatkan.
Masih ragu untuk beralih ke Postgre SQL untuk sistem database perusahaan Anda?
Dalam 10 tahun beroperasi, Equnix berhasil menyelamatkan devisa negara lebih dari Rp155 miliar karena mengalihkan penggunaan 344 lisensi unit core perangkat lunak populer dari luar negeri.
Sebaliknya, dari sisi perusahaan, penghematan yang bisa dilakukan mencapai 90% dari total biaya bila menggunakan software sistem database berbayar.
(M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved