Headline

Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.

Fokus

Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.

Tiada Ampun bagi yang Menyekutukan Allah

Quraish Shihab
19/5/2018 08:14
Tiada Ampun bagi yang Menyekutukan Allah
(MI/Seno)

TAFSIR Al-Mishbah kali ini membahas keadilan Allah SWT dalam memberikan pembalasan kepada hamba-Nya. Perkara itu tercantum dalam Quran Surah As-Saffat.

Diawali dari ayat 33, dijelaskan mengapa orang-orang yang tidak taat kepada Allah mendapat siksa. Penyebabnya ialah hal pokok yang tidak bisa ditawar-tawar. Seperti yang disampaikan Allah pada ayat 35, “Mereka itu jika disampaikan ‘laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah)’, mereka angkuh.”

Yang pertama kita harus garis bawahi, bahwa semua dosa punya kemungkinan untuk diampuni walaupun yang bersangkutan tidak bertobat, kecuali dosa menyekutukan Allah, tidak percaya wujud (keberadaan) Tuhan, atau tidak percaya Dia Maha Esa. Jadi, orang yang mati dengan kepercayaan bahwa ada sekutu bagi Allah, tidak terbuka pintu maaf baginya.

Illah’ bisa berarti yang disembah. Namun, penyembahan dalam bahasa agama bukan sekadar taat, melainkan ketaatan terhadap sesuatu yang tidak diketahui hakikatnya.

Hakikat Allah tidak diketahui. Segala yang terlintas dalam benak kita tentang Allah, itu keliru. Segala kebesaran Allah yang kita gambarkan dalam benak, itu masih kurang atau bahkan boleh jadi keliru karena kita tidak mengetahui hakikat Allah.

Allah menamai diri-Nya Allah. Allah terambil dari kata ‘illah’. Illah bisa terambil dari akar kata yang artinya menakjubkan atau mengherankan. Kalau kita mempelajari ciptaan-ciptaan-Nya, sangat menakjubkan. Dia yang menakjubkan melalui ciptaan-ciptaan-Nya. Dia yang mengherankan akal manusia manakala berusaha mengungkap hakikat-Nya.

* (lihat catatan di bawah)

Pada ayat selanjutnya Allah mengatakan, “Hai orang-orang yang enggan mengakui Laa ilaaha illallah, pasti kalian akan merasakan siksa yang pedih.”

Mereka tidak mendapat balasan kecuali atas apa yang dikerjakan. Itu sebabnya ada ungkapan bahwa dunia itu tempat menanam benih dan akhirat itu tempat menuai hasil.

Ada prinsip dasar dalam ajaran agama, yakni Allah tidak menuntut seseorang menyangkut apa yang dia terpaksa melakukannya. Namun, keterpaksaan itu diukur dengan kebutuhan. Yang pertama, harus dilihat isi hatinya sesuai atau tidak.

Ada orang yang bisa bertahan disiksa, misalnya ketika dipaksa untuk kufur (tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya). Ada juga yang tidak tahan disiksa.

Jadi, pasti berbeda, ada satu orang yang terpaksa tetapi hatinya tidak setuju. Itu tergantung Tuhan apakah tetap mendapat azab atau tidak. Namun, pada dasarnya Allah tidak menuntut pertanggungjawaban dari seseorang yang terpaksa. Tuhan Maha Adil.

Orang yang taat dan menyembah pasti tunduk kepada yang disembah-Nya. Mereka disebut angkuh karena mereka menyembah yang lain. Keangkuhan menyembah selain Allah bisa dimaknai mengikuti hawa nafsu. (Dhk/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya