Headline

Putusan MK dapat memicu deadlock constitutional.

Fokus

Pasukan Putih menyasar pasien dengan ketergantungan berat

Penggunaan Bahasa di Televisi

Ferdi Wibowo
01/9/2016 04:17
Penggunaan Bahasa di Televisi
()

KALAU menonton sejumlah acara audisi dengan sejumlah juri sebagai penilai, rasanya cukup menyedihkan terutama dalam penggunaan bahasanya. Kata elu, gue misalnya, menjadi suguhan wajib ketimbang kamu, aku, saya, atau Anda. Padahal, sadar atau tidak televisi punya pengaruh besar terhadap kondisi di masyarakat.

Dengan kekuatan gambar dan suara, perangkat ini mampu menembus sekat-sekat dalam rumah. Tak peduli siapa yang bakal
menonton acara-acara tersebut, hampir pasti akan memengaruhi perilaku atau karakter pemirsanya.

Bisa dibayangkan bila yang menyaksikan itu ialah anak-anak yang belum memiliki nalar untuk menyaring informasi. Pelan tapi pasti kata, kalimat, atau sikap yang dipertontonkan bakal diserap dan diikuti. Bila sudah seperti ini, apa jadinya anak-anak kita yang dalam keseharian mereka menjadikan televisi sebagai teman.

Siapa yang salah? Tak patut telunjuk ini mengarah kepada satu pihak karena semua punya andil membentuk kesalahan. Yang
terpenting ialah setiap pihak menyadari, sebagian masyarakat kita bukanlah masyarakat yang memiliki fi lter tinggi dalam menyaring informasi yang didapat.

Sama hal di media sosial yang begitu mudah seseorang membagi informasi tanpa peduli bisa menimbulkan persoalan serius. Dia akan melakukan itu sebagai bentuk memuaskan diri bahwa bakal ada yang terpengaruh dari informasi tersebut. Tidak peduli dampak buruk yang sangat mungkin timbul.

Semoga saja para pengelola stasiun televisi, host, peserta, dan juga orangtua mau sedikit berpikir terkait masalah ini. Dampaknya tidak langsung terasa, tapi akan terakumulasi beberapa waktu ke depan.

Ferdi Wibowo
Jakarta



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik